Jumat, 26 September 2008

Agar Anak Menerima Adiknya

Apa yang dialami anak ketika adiknya lahir? Perhatian yang tiba-tiba hilang, kebersamaan yang tiba-tiba lenyap dan kasih sayang yang tiba-tiba terenggut darinya.

Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar lahirnya adik menjadi kabar gembira bagi semua, terutama buat kakaknya. Beberapa catatan berikut insya Allah dapat kita pertimbangkan.


SEBELUM ADIK LAHIR

1. Kondisikan
Sejak ibu positif hamil, komunikasi sudah harus dimulai. Kabarkan kepada anak bahwa kelak, insya Allah ia akan punya adik. Saat ini juga, kondisikan anak untuk mulai menerima kehadiran anggota keluarga yang baru. Perlahan-lahan siapkan anak untuk lebih mandiri, sekaligus beri pujian bahwa ia sudah besar.

2. Asyiknya Punya Adik
Saat bayi dalam kandungan sudah bisa menendang-nendang perut ibu, pegangkan tangan anak ke perut ibu. Tunjukkan "yang lucu" padanya. katakan bahwa adiknya ingin mengajak kakaknya bermain-main bersama. Dari sini, sampaikan betapa asyiknya nanti kalau sudah punya adik, bisa bermain-main bersama. Dengan demikian, anak sudah mulai menunggu kelahiran adik. Anak mulai tumbuh rasa sayangnya sebelum adiknya lahir

3. Tumbuhkan Tanggungjawab Dan Kepercayaan
Usahakan untuk memiliki saat-saat berdua yang akrab dengan anak. Ajaklah berbicara dari hati ke hati. Besarkan hatinya dan tunjukkan bahwa ia sudah besar. Tumbuhkan pula kepercayaan pada anak. Sampaikan bahwa anak bisa menunggui adiknya, bisa membantu mengambilkan popok, dan seterusnya. Sampaikan apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai bentuk kepercayaan kita kepadanya. Bukan sebagai tuntutan yang membebani.


MENJELANG ADIK LAHIR

1. Beri Gambaran Sebelumnya
Sampaikan kepada anak beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir tentang akan lahirnya adik. Beri gambaran kepadanya bahwa ibu akan berada di rumah sakit untuk beberapa saat. Kalau sudah bersalin nanti, ibu ingin ia menengok dan menemani ibu beserta adik agar adiknya bisa segera bertemu kakaknya. beri gambaran tentang situasi yang dihadapi di awal waktu.

2. Dekatkan Hatinya
Semakin mendekati kelahiran, Anda semakin perlu menunjukkan betapa asyiknya punya adik dan betapa adik sayang padanya. Tunjukkan bahwa adik nanti ingin bermain-main dengan kakaknya. Tetapi ceritakan juga bahwa di awal-awal lahir adiknya belum bisa melihat dan belum bisa bicara. Ini bahkan perlu kita sampaikan sedari awal.


SETELAH ADIK LAHIR

1. Adik Sayang Padanya
Saat-saat awal lahir, yang sangat penting untuk Anda tunjukkan adalah bahwa yang baru lahir itu adalah adiknya. Tunjukkan wajah gembira Anda ketika ia pertama kali muncul. "Itu kakak. Ini adiknya sudah nunggu. Adik ingin ketemu." Sampaikan bahwa adik sayang sekali padanya. Bukan sebaliknya, menyuruh agar ia sayang pada adiknya. Boleh saja kita menyampaikan pesan seperti itu, tapi setelah menunjukkan bahwa adik sayang padanya.

2. Tunjukkan Perhatian Dan Kerinduan
Setiap kali ada kesempatan yang leluasa, beri perhatian yang hangat kepada anak. Tunjukkan kerinduan Anda dan kerinduan adiknya kepadanya. Sehabis dimandikan, ketika bayi merasa tenang, Anda bisa panggil ia untuk berbaring di dekat bayi sehingga ia merasa dekat.

Sumber: Kolom Parenting, Majalah Suara Hidayatullah, Edisi 06/XXI/Oktober 2008

Kamis, 18 September 2008

Sistem Pembelajaran Dominan Otak Kiri


Sistem Pembelajaran Dominan Otak Kiri. Kelemahan dari sistem pembelajaran yang ada saat ini adalah belum diaktifkannya belahan otak kanan. Penggunaan otak kiri masih sangat dominan. Suasana pembelajaran di SD, misalnya, karena sudah dianggap lebih dewasa dari usia TK, maka dianggap tidak memerlukan gambar dan warna. Suasana dinding kelas dibiarkan berwarna suram tanpa hiasan, buku-buku pelajaran pun tidak lagi berwarna dan bergambar. Guru mengajar dengan banyak bercerita dan mendikte, sementara siswa hanya mendengar dan mencatat.

Orang tua dan guru merasa risih jika anak belajar sambil menggoyang-goyangkan kaki, dengan mulut yang terus menggumamkan senandung lagu, serta tangan yang tak henti-hentinya mencoret-coret gambar di kertas. Semua itu dianggap gerakan yang mengada-ada dan dikhawatirkan mengganggu konsentrasi anak.

Persepsi bahwa cara belajar yang baik harus selalu teratur, di kelas yang selalu sama, dengan bangku yang berbaris rapi, suasana harus sepi, pandangan harus tertuju pada guru, adalah menggambarkan ciri-ciri kerja otak kiri saja. Dan inilah yang selama ini kita kenal sebagai cara pembelajaran yang lazim ditemui, baik di rumah maupun di sekolah.

Dengan menciptakan “fun learning”, dominasi otak kiri ini akan kita dobrak. Ciri-ciri otak kanan harus mulai dimunculkan dan disinergikan dalam proses pembelajaran, sehingga mampu melejitkan kemampuan daya tangkap anak terhadap pelajaran yang diberikan. Maka, tak perlu ragu untuk menciptakan suasana belajar yang kreatif, penuh berbagai corak warna, dipadukan beragam permainan dan humor, berpindah-pindah tempat dan diiringi musik lembut mengalun.

Selasa, 16 September 2008

Keseimbangan Otak Kanan Dan Otak Kiri


Keseimbangan Otak Kiri Dan Otak Kanan. Penciptaan “fun learning” baru bisa tercapai jika orang tua dan pendidik memperhatikan pengelolaan otak kiri dan otak kanan. Teori pendidikan terbaru mengatakan, otak akan bekerja optimal apabila kedua belahan otak ini dipergunakan secara bersama-sama. Otak kanan memiliki spesifikasi berpikir dan mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan musik. Sementara otak kiri berfungsi mengolah data seputar numerik, sains, bisnis dan pendidikan.

Penggunaan sisi belahan otak kiri merupakan spesifikasi cara berpikir yang logis, sekuensial, linear dan rasional. Hal ini sangat tepat untuk memikirkan keteraturan dalam berekspresi secara verbal, tulisan, membaca, asosiasi auditorial, penempatan detil dan fakta, fonetik serta simbolisme.

Sementara cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Ini mewakili cara berpikir non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Jika anak belajar dengan hanya menggunakan otak kiri, sementara otak kanannya tidak diaktifkan, maka akan mudah timbul perasaan jenuh, bosan dan mengantuk. Sebaliknya, mereka yang hanya memanfaatkan otak kanan tanpa diimbangi pemanfaatan otak kiri, bisa jadi ia akan lebih banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar dan hanya menyerap sedikit ilmu dan pelajaran yang diberikan.

Maka, menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan menjadi penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Caranya, dengan menyertakan paduan antara spesifikasi pekerjaan otak kiri dengan otak kanan. Mengerjakan PR dengan diiringi alunan musik, misalnya. Atau dengan menciptakan aneka gambar dan simbol yang memiliki arti khusus ketika menghafal pelajaran sejarah.

Keseimbangan Otak Kanan Dan Otak Kiri


Keseimbangan Otak Kiri Dan Otak Kanan. Penciptaan “fun learning” baru bisa tercapai jika orang tua dan pendidik memperhatikan pengelolaan otak kiri dan otak kanan. Teori pendidikan terbaru mengatakan, otak akan bekerja optimal apabila kedua belahan otak ini dipergunakan secara bersama-sama. Otak kanan memiliki spesifikasi berpikir dan mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan musik. Sementara otak kiri berfungsi mengolah data seputar numerik, sains, bisnis dan pendidikan.

Penggunaan sisi belahan otak kiri merupakan spesifikasi cara berpikir yang logis, sekuensial, linear dan rasional. Hal ini sangat tepat untuk memikirkan keteraturan dalam berekspresi secara verbal, tulisan, membaca, asosiasi auditorial, penempatan detil dan fakta, fonetik serta simbolisme.

Sementara cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Ini mewakili cara berpikir non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Jika anak belajar dengan hanya menggunakan otak kiri, sementara otak kanannya tidak diaktifkan, maka akan mudah timbul perasaan jenuh, bosan dan mengantuk. Sebaliknya, mereka yang hanya memanfaatkan otak kanan tanpa diimbangi pemanfaatan otak kiri, bisa jadi ia akan lebih banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar dan hanya menyerap sedikit ilmu dan pelajaran yang diberikan.

Maka, menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan menjadi penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Caranya, dengan menyertakan paduan antara spesifikasi pekerjaan otak kiri dengan otak kanan. Mengerjakan PR dengan diiringi alunan musik, misalnya. Atau dengan menciptakan aneka gambar dan simbol yang memiliki arti khusus ketika menghafal pelajaran sejarah.

Menciptakan "Fun Learning"


Menciptakan Fun Learning. Mendatangkan suasana “fun” saat belajar bisa menyebabkan otak terkondisi untuk menyerap informasi pelajaran dengan optimal. Ada banyak cara untuk menciptakan “fun learning” atau suasana belajar yang menyenangkan ini. Tetapi, secara umum, ada 2 hal yang harus diperhatikan.

Pertama, kegiatan belajar itu harus sesuai dengan perkembangan anak pada usianya. Masing-masing anak memiliki fase perkembangan sesuai dengan perkembangan usianya. Anak usia enam tahun memiliki rentang konsentrasi yang lebih sempit dibanding anak yang berusia delapan tahun.

Kedua, “fun learning” hanya bisa diciptakan melalui beragam kreatifitas, baik dalam pemilihan waktu, tempat, penataan suasana hingga pemakaian metoda pembelajaran. Kreatifitas dapat menghilangkan kejenuhan dan menimbulkan gairah keingintahuan, tantangan serta semangat baru. Oleh sebab itu, semakin banyak suasana belajar bisa dirancang, semakin besar potensi otak untuk merekam informasi sebanyak-banyaknya.

Sesuatu yang kreatif berarti berbeda dengan biasanya, lain dari yang lain, istimewa dan tidak monoton. Berarti, semakin kreatif cara belajar yang digunakan, semakin optimal daya tangkap anak terhadap materi pembelajaran.

Untuk bisa kreatif, diperlukan suatu keberanian untuk tampil beda. Jangan ragu untuk melakukan sesuatu yang baru, walaupun pada awalnya terasa janggal. Bebaskanlah otak kita untuk mengembara mencari ide-ide baru sebanyak mungkin. Ide yang awalnya tampak aneh sekalipun, bisa direalisasi setelah disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi.

Jumat, 12 September 2008

Belajar: Beban Atau Kegembiraan?


Belajar: Beban Atau Kegembiraan? Apakah “belajar” dirasakan sebagai hak atau kewajiban bagi anak atau murid Anda? Bisa jadi jawabannya akan berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. Ada yang menganggap sebagai ‘hak’, karena dengan belajar itulah ia memperoleh kegembiraan dan keceriaan. Baginya, belajar sangat menyenangkan sehingga justru kehadirannya sangat ditunggu-tunggu dan kepergiannya membekaskan kesan yang indah dalam hati.
Sebaliknya, ada anak yang menganggap ‘belajar’ hanya sebagai ‘kewajiban’, yang justru ingin ia hindari karena ia tak ingin menghentikan permainan bersama teman-temannya. Bagi anak ini, belajar hadir sebagai beban yang harus ia kerjakan berdasarkan nilai kewajibannya. Ia tak memperoleh kepuasan ketika melaksanakannya, kecuali keinginan menyelesaikan tugas itu segera demi memperoleh hak bermain yang baru bisa ia peroleh setelah kewajiban belajar itu ia kerjakan.
Kedua anak tersebut bisa jadi melakukan hal yang sama, yaitu belajar, tetapi yang mereka peroleh jauh berbeda. Anak yang pertama menjadi giat belajar tanpa menunggu diperintah, tidak menunda-nunda untuk memperoleh haknya, bahkan sekuat tenaga ia akan berusaha mempertahankan haknya jika ada yang hendak menghalangi.
Lain halnya yang diperoleh anak yang kedua. Ia cenderung ingin menghindar dari belajar dan akan menunda sebisa mungkin. Jika proses belajar terhambat dan terhenti, itu akan menyenangkan bagi dirinya.
Perbedaan pokok yang membuat kegiatan belajar bisa dirasakan sebagai ‘hak’ atau ’kewajiban’ oleh anak adalah terletak pada perbedaan cara mengemasnya. Jika proses belajar dikemas dengan ‘fun’, menyenangkan, kreatif dan rekreatif, maka anak akan menganggapnya sebagai ‘hak’, karena melalui proses belajar tersebut ia dapat memenuhi kebutuhan bermainnya. Sementara proses belajar justru akan hadir sebagai beban manakala tidak mampu menghadirkan suasana kegembiraan yang dibutuhkan oleh anak.
Nah, tinggal kita para orang tua dan pendidik bertanya pada hati kecil kita, termasuk kelompok manakah anak dan murid kita?

Rabu, 10 September 2008

Penerimaan Yang Membangkitkan Kehebatan


Penerimaan Yang Membangkitkan Kehebatan. Penerimaan dan kepercayaan yang tulus dari orang tua kepada anak dapat melahirkan rasa percaya diri yang sangat besar, semangat yang luar biasa dan penerimaan diri yang bagus. Dari penerimaan yang tulus akan berkembang harga diri yang baik sehingga anak memiliki citra diri yang baik serta kemampuan mengendalikan emosi yang mantap. Semua ini pada akhirnya memberi sumbangan pada tumbuhnya keyakinan yang kuat untuk terus maju dan memperbaiki kemampuan dirinya.
Masalahnya, banyak orang tua yang merasa telah memberikan penerimaan dan kepercayaan yang tulus kepada anaknya, tetapi si anak selalu lari dari rumah dan prestasinya sangat rendah. Apa yang salah dengan semua ini?
Jawabannya adalah cara kita mengkomunikasikan penerimaan dan kepercayaan.
Cara mengkomunikasikan masalah sangat berpengaruh terhadap efek yang ditimbulkan. Maksud baik tanpa disertai cara komunikasi yang baik dapat menyebabkan tujuan tidak tercapai, bahkan hancur berantakan.
Lalu, bagaimana cara mengkomunikasikan penerimaan yang tulus?
Banyak peluang untuk menunjukkan penerimaan yang tulus kepada anak dan umumnya justru cara-cara yang menjadi kunci penerimaan itu sangat sederhana dan sepele. Misalnya, berikanlah senyuman pada anak saat ia meraih prestasi, sekecil apa pun prestasi itu. Jika anak berbicara, meskipun “tidak berisi”, dengarkanlah dengan penuh perhatian dan senyuman yang hangat. Jika orang tua mendengarkan anak secara aktif, memberi kehangatan, dan bila perlu belaian saat dia gagal memperoleh prestasi, orang tua sudah memberi penerimaan yang baik.
Kesimpulannya, jika kita ingin melahirkan kemandirian, keunggulan dan kedamaian dalam keluarga, salah satu kuncinya adalah penerimaan yang hangat dan tulus. Penerimaan itu tidaklah dirasa sebagai penerimaan yang tulus apabila cara kita mengkomunikasikan tidak tepat. Jadi, terimalah anak kita dan komunikasikan dengan sebaik-baiknya.

Selasa, 09 September 2008

Kenali Bakat Anak Anda


Kenali Bakat Anak Anda. Bakat adalah kecenderungan alamiah yang dimiliki seorang anak, suatu kemampuan yang built in sejak dia lahir, yang memungkinkan ia melakukan sesuatu dengan baik. Bakat biasanya tersembunyi, tidak mudah dikenali. Pemilik bakat sendiri kadang-kadang tidak mengetahui kalau dirinya mempunyai bakat tertentu. Itu sebabnya, orang tua perlu membantu anak menemukan bakatnya. Persoalannya, bagaimana cara mengenali bakat?

Secara ringkas, ada tiga ciri bakat yang perlu kita ketahui:

  1. Anak melakukan dengan perasaan senang. Ketika lain kali melakukan hal yang sama, rasa senang itu cenderung muncul lagi
  2. Cenderung dipahami oleh anak dengan relatif lebih cepat dan dilakukan lebih sering dari hal-hal yang lain, serta dilakukan lebih banyak atas inisiatif sendiri
  3. Apa yang dilakukan mengarah pada pencapaian prestasi, meskipun prestasi itu kadang oleh orang tua belum dianggap suatu prestasi. Sekedar keberanian membaca puisi di depan kelas sudah dapat diartikan prestasi bagi anak, walaupun bagi guru dan orang tua barangkali tidak ada artinya

Bila bakat sudah ditemukan, orang tua tinggal memikirkan pengembangannya. Orang tua bisa menangani sendiri bakat anak, atau bisa juga menyerahkan ke lembaga pengembangan bakat yang sesuai dengan bakat anak.

Selasa, 02 September 2008

Hadiah Dan Hukuman: Metoda Perantara

Hadiah Dan Hukuman: Metode Perantara. Metode pemberian hadiah dan hukuman boleh diterapkan untuk memotivasi anak agar mau berbuat baik. Namun yang penting dipahami bahwa metode ini bukan satu-satunya metode yang menjadi pilihan bagi orang tua. Bukan pula metode terbaik. Hal ini disebabkan karena metode ini masih memiliki ketergantungan pada faktor eksternal, yaitu pada hadiah dan hukuman itu sendiri.
Ada metode lain yang lebih baik, yaitu ketika anak mau memperbaiki kepribadiannya atas dasar kesadaran diri dan motivasi yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Hal ini biasa disebut motivasi intrinsik. Metode ini jauh lebih baik karena tidak memiliki ketergantungan terhadap faktor eksternal, sehingga anak lebih mudah mengelola dirinya sendiri kapan saja dan di mana saja.
Sementara metode pemberian hadiah dan hukuman sebaiknya dijadikan metode perantara saja dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri anak. Ketika metode intrinsik sudah muncul pada diri anak, metode pemberian hadiah dan hukuman ini bisa diakhiri.
Oleh sebab itu, pemberlakuan metode hadiah dan hukuman ini harus direncanakan target masa berakhirnya. Sementara orang tua dan pendidik mempelajari cara-cara menumbuhkan motivasi intrinsik ini, agar dapat menerapkannya sedikit demi sedikit bersamaan dengan metode hadiah dan hukuman ini.
Walaupun hanya sebagai metode perantara, metode hadiah dan hukuman ini banyak dimanfaatkan oleh orang tua karena relatif lebih mudah dilakukan dan lebih cepat menampakkan hasil dibandingkan metode penumbuhan motivasi intrinsik.

Sehari Bersama Ayah

Sehari Bersama Ayah. Berapa kalikah dalam sebulan, para ayah meluangkan waktu barang sehari bersama anak-anaknya? Jawabannya pasti beragam. Lalu, seberapa besar frekuensi kebutuhan anak berinteraksi aktif dengan ayahnya?
Secara ideal, interaksi ayah dengan anak memang tidak bisa didefinisikan secara kaku. Seorang ayah yang tinggal di rumah seharian bersama anaknya, tetapi tidak menjalin komunikasi efektif, bisa jadi kualitasnya sama dengan pertemuan yang hanya setengah jam di pembaringan sambil membacakan buku cerita pengantar tidur.
Efektivitas pertemuan ayah dan anak berpulang pada pribadi masing-masing sang ayah. Ada ayah yang memiliki tipe pasif alias kurang pandai berkomunikasi. Lebih banyak diam, hanya menjawab sekadarnya bila ditanya. Maka, solusi praktis untuk ayah semacam ini adalah memperpanjang waktu kebersamaan bersama anak. Pilih kegiatan yang cukup menarik walaupun tanpa memerlukan komunikasi terlalu banyak. Misalnya, memotong rumput di kebun, membuat kandang ayam, rekreasi ke taman ria atau silaturahim ke rumah famili.
Sebenarnya, apa yang dibutuhkan anak dari seorang ayah? Jawabannya adalah figur ayah. Konsep anak tentang sosok ayah tak jauh dari peran ayah dalam keluarga, interaksi sosialnya kepada ibu dan anak-anaknya. Sehingga anak mampu mencetaknya dalam memori sebagai figur ayah yang ia pahami selamanya. Terlebih bagi anak laki-laki. Ia harus memperoleh contoh terbaik dari figur ayah ini, karena kelak baik secara sadar maupun tidak, ia akan meneladani karakter ayah dalam menjalani kehidupan bersama istri dan anaknya.
Akan lebih efektif jika seorang ayah mampu memberikan apa yang belum diberikan ibu kepada mereka. Melengkapi kekurangan ibu, maksudnya. Permainan fisik, jalan-jalan ke sawah, lomba lari, sepak bola, atau berkebun merupakan hal-hal yang tidak diperoleh dari ibu tapi bisa diperoleh dari ayah.
Bekal yang wajib dibawa ayah saat mendampingi anak adalah sabar. Untuk yang satu ini, lebih baik menyediakan kesabaran yang tiada habisnya. Sebuah resep yang bagus untuk bisa bersabar adalah kemauan secara totalitas untuk masuk ke dunia anak. Tinggalkan semua beban pikiran dan pekerjaan. Niatkan untuk meluangkan waktu sepenuhnya untuk anak.
Sisihkan waktu 10-15 menit sehari untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak. Hal ini akan tetap bermanfaat dan membekas di hati anak hingga dewasa kelak.