tag:blogger.com,1999:blog-37806705922610618812024-03-13T03:25:46.216-07:00PENDIDIKAN ANAK ISLAMTips dan artikel pendidikan anak Islam agar menjadi generasi yang cerdas, sholeh, kreatif,dan mandiri berdasarkan sistem, konsep dan metode pendidikan Islam modern dengan menggunakan prasarana, media dan alat peraga untuk meningkatkan motivasi belajar anak, seperti software komputer, film video, poster dan alat peraga edukatif (APE) yang mengandung unsur pendidikan keluarga Islam.Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.comBlogger36125tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-82208214695565200832011-12-24T15:03:00.000-08:002011-12-24T15:03:19.783-08:00Aku Ingin Anak Lelakiku Menirumu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-VAlI-OlE3Ls/TvZXbjGXznI/AAAAAAAAAOs/cU5wbMiiDQQ/s1600/ayah.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="http://1.bp.blogspot.com/-VAlI-OlE3Ls/TvZXbjGXznI/AAAAAAAAAOs/cU5wbMiiDQQ/s200/ayah.gif" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
Ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang pada
ayahnya: “Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya...?!”. Suamiku menjawab: “Bukankah sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak lelaki ingin
seperti aku.” Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa.<br />
<br />
Ketika bayi kecilku berulang tahun pertama, aku mengusulkan perayaannya dengan
mengkhatamkan Al Quran di rumah. Lalu kubilang pada suamiku: “Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya, Yah.”<br />
Suamiku menatap padaku seraya pelan berkata: “Oh ya. Ide bagus itu.”<br />
<br />
Bayi kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidak berapa <span style="direction: ltr;">lama, ia sudah pandai
memanggil-manggil kami berdua: "Ammaa. Apppaa."</span> Lalu ia menunjuk <span style="direction: ltr;">pada dirinya seraya
berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad.</span> Kami berdua sangat bahagia <span style="direction: ltr;">dengan
kehadirannya.</span><br />
<br />
Ahmad tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya. Pelajaran
matematika sederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya memang jago
matematika. Ia kebanggaan keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.<br />
<br />
Ketika Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan
rapi kami semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan.
Tiba-tiba ia minta naik ke punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya begitu berang,
mungkin menganggap Ahmad sudah sekolah, sudah terlalu besar untuk main
kuda-kudaan, atau lantaran banyak tamu dan ia kelelahan. Badan Ahmad terhempas ditolak
papanya, wajahnya merah, tangisnya pecah, Muhammad terluka hatinya di hari ulang
tahunnya kelima.<br /><br />
Sejak hari itu, Ahmad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di
rumah. Ia tak lagi suka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah. Aku coba
mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia sedang menyelesaikan papernya dan tak mau
diganggu oleh urusan seremeh itu, katanya.<br />
<br />
Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda
gagah, pandai dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu.
Ketika lahir, cucuku itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu: “Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!” Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu. “Salahmu. Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!”<br />
<br />
Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di
hatiku. Ada yang mencemaskan aku. <span style="direction: ltr;">Cucuku pulang ke
rumah, bulan berlalu. Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu.</span> Ahmad kecil sedang digendong ayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad
anakku menyergah sambil berteriak menghentak,<br />
“Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!” Dengan kasar disorongkannya bayi mungil itu.<br />
<br />
Suamiku membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi
ini, segera membersihkan dirinya di kamar mandi. Aku, wanita tua, ruang dan waktu
kurajut dalam pedih duka seorang istri dan seorang ibu. Aku tak sanggup lagi
menahan gelora di dada ini. Pecahlah tangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya. Aku rebut
koran di tangan suamiku dan kukatakan padanya: “Dulu kau hempaskan Ahmad di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau
ingat? Kau tolak ia merangkak di punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau
bilang kau sibuk sekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia asing dengan anaknya sendiri!”<br />
<br />
Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam. Aku
ingin anakku menirumu, wahai Nabi. Engkau membopong cucu-cucumu di punggungmu, engkau bermain berkejaran dengan mereka Engkau bahkan menengok seorang anak yang burung
peliharaannya mati. Dan engkau pula yang berkata ketika seorang ibu merenggut bayinya
dari gendonganmu, “Bekas najis ini bisa kuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan
saraf halus yang putus di kepalanya?”<br />
<br />
Aku memandang suamiku yang terpaku.<br />
Aku memandang anakku yang tegak diam bagai karang tajam.<br />
Kupandangi keduanya, berlinangan air mata.<br />
Aku tak boleh berputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?<br />
<br />
Lalu kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat kepada
Ahmad. Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun tak merasakan
sentuhan tangan seorang ayah yang didamba.<br />
<br />
Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka
berdua,<br />
“Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak
mampu mewariskan apa-apa: kecuali Cinta.<br />
Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yang akan lahir dan menurunkan
keturunan demi keturunan.<br />
Lakukanlah, untuk sebuah perubahan besar di rumah tangga kita! Juga di
permukaan dunia.<br />
Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak
diajarkan rasa kasih dan sayang, ucapan kemesraan, sentuhan dan belaian, bukan hanya pelajaran
untuk menjadi jantan seperti yang kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.<br />
<br />
Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka.<br />
Dua laki-laki dewasa dan seorang wanita tua terpaku di tempatnya.<br />
Memang tak mudah untuk berubah. Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi
Ahmad ke pelukan suamiku.<br />
Aku bilang: “Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang.”<br />
<br />
Dua laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama,
bergantian menggantikan popoknya, pura-pura merancang hari depan si bayi sambil
tertawa-tawa berdua, membuka kisah-kisah lama mereka yang penuh kabut rahasia, dan
menemukan betapa sesungguhnya di antara keduanya Allah menitipkan perasaan
saling membutuhkan yang tak pernah terungkapkan dengan kata, atau sentuhan. Kini tawa
mereka memenuhi rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak
buntu. Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.<br />
<br />
Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu. Kelak, jika aku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali
berkata: Ya, Nabi. aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka
semua menirumu!<br />
<br />
Amin, Alhamdulillah<br />
<br />
<strong>SEBARKAN </strong>ke teman anda jika menurut anda catatan ini
bermanfaat<br />
<br />
<em>Author : PercikanIman.org</em>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-34803994353520772982011-12-17T19:17:00.000-08:002011-12-17T19:17:35.678-08:00A True Life Story Of A Single Mom (Part 3 - The End)Segera setelah pulih dari gegar otak akibat kecelakaan di Bali, Ita
meminta ijin kepadaku untuk diperbolehkan bekerja kembali. Kali ini,
Jakarta menjadi tujuannya. Alasannya, ada keluarga yang sudah lama
tinggal di sana dan bisa ikut mengawasi kesehariannya. Sangat berat aku
melepasnya. Kadang dampak dari gegar otak yang dialaminya masih sering
kambuh. Aku mengajukan alternatif untuk bekerja di Surabaya saja, tapi
tekadnya sudah bulat untuk meringankan beban ibu dan kakaknya dalam
membiayai sekolah adiknya yang bungsu.<br /><br />Kepada kakaknya di Papua,
aku meminta tolong agar Ita dicarikan jodoh dengan memberitahukan
kondisi yang sebenarnya. Syarat utama dariku, calon suami Ita haruslah
seorang muslim. Alhamdulillah, ada seseorang berhati mulia yang bersedia
memperistri meskipun tahu kondisi Ita yang tak lagi sempurna.
Perkenalan dan persiapan pernikahan pun dilakukan jarak jauh karena
kondisi Ita di Jakarta sedangkan calon suaminya di Papua. Setelah
semuanya siap, Ita dan calon suaminya langsung bertemu di Kediri untuk
melangsungkan pernikahan. Setelah pernikahan usai, Ita diboyong suaminya
ke Papua. Tak tega melihatku sendirian di rumah, Andri memboyong
anak-anaknya ke Kediri untuk menemaniku, meskipun sebenarnya sudah aku
cegah.<br /><br />Saat ini yang aku lakukan adalah berusaha membalas budi
baik orang-orang yang telah membantuku dalam meringankan beban biaya
perawatan Ita. Aku tidak mampu mengembalikannya berupa uang sebagaimana
mereka membantuku waktu itu karena memang aku tidak mampu melakukannya.
Yang aku punya hanyalah tenagaku saja. Jadi, kapan pun dan di mana pun
mereka membutuhkan bantuanku, aku siap melayani. Serepot apapun kondisi
Andri di rumah dalam menangani 3 jagoannya, aku tidak akan mempedulikan.
Aku pasti pergi. Aku hanya berpesan pada Andri untuk menangani
masalahnya sendiri dengan baik.<br /><br />Bagi orang di sekitarku, yang
mereka lihat adalah bahwa hidupku sudah enak, anak-anak sudah mapan, aku
tinggal jalan-jalan saja. Kadang ke Jakarta, sesekali ke Kalimantan,
bahkan sempat hingga ke Malaysia. Kadang pergi hanya seminggu, pernah
sempat hingga 2 bulan. Mereka tidak pernah tahu bahwa semua itu aku
lakukan dalam rangka membalas budi baik orang-orang yang telah
membantuku dan tak mungkin pernah terbayar lunas sampai aku mati. Budi
baik mereka yang telah mengembalikan hidup Ita, putriku.<br /><br />_______________________________________________________________________<br />
<br />Beberapa
detil kisah ini mungkin tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
dikarenakan keterbatasanku. Untuk itu, aku mohon maaf bila ada
ketidaksesuaian. Tapi secara garis besar, insya Allah, sudah
mencerminkan keadaan sesungguhnya.Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-19183227558844061532011-12-16T02:03:00.000-08:002011-12-16T02:03:29.612-08:00MADU ANAK SYAMIL<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-ROv5Xh_23Tg/TuCgrTZh2wI/AAAAAAAAAHo/MRppK5NuDWg/s1600/madu-anak-syamil11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-ROv5Xh_23Tg/TuCgrTZh2wI/AAAAAAAAAHo/MRppK5NuDWg/s200/madu-anak-syamil11.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="font-family: inherit;">
Komposisi :<br />
- Madu<br />
- Sari Kurma<br />
- Zaitun<br />
- Habbatussauda<br />
- Propolis<br />
- Omega 3, 6, 9<br />
- Curcuma<br />
- Vitamin C<br />
<br />
Aturan Pakai :<br />
* 2 bulan - 1 tahun, 1 sendok teh 2x sehari.<br />
* 1
tahun - 3 tahun, 2 sendok teh 2x sehari.<br />
* 4 tahun - 12 tahun, 1-2
sendok makan 2x sehari.<br />
* Remaja 3-4 sendok makan 2x sehari<br />
Diminum sebelum makan, kocok terlebih dahulu.<br />
<br />
Khasiat :<br />
-
Mencerdaskan otak<br />
- Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh<br />
-
Membantu pemulihan DBD (Semam berdarah)<br />
- Menambah nafsu makan<br />
-
Menurunkan demam panas tinggi<br />
- Melancarkan pencernaan<br />
-
Membantu menyembuhkan batuk,pilek, dan radang tenggorokan<br />
- Mencegah
kejang-kejang<br />
- Meningkatkan pertumbuhan otot dan tulang<br />
-
Membantu menyembuhkan amandel, sariawan, asma, TBC, flek, Kanker usus,
cacingan, sembelit, dll<br />
<br />
Kemasan : 125 ml<br />
Harga : Rp. 22.000,- </div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-23191261131001507112011-12-16T01:05:00.000-08:002011-12-16T01:05:15.598-08:00A True Life Story Of A Single Mom (Part 2)<div style="font-family: inherit;">
Segera setelah mendapat berita bahwa Ita mengalami kecelakaan lalu
lintas, aku berangkat ke Bali dengan perasaan tak menentu. Sesampai di
rumah sakit, aku lemas melihat kondisi anakku. Kecelakaan yang dialami
Ita dan teman prianya rupanya sangat parah. Teman prianya mengalami
patah tulang di beberapa tempat. Dan, Ita mengalami gegar otak yang
cukup berat akibat benturan dengan jalan raya sehingga ia tak sadarkan
diri dalam waktu yang cukup lama. Seluruh bagian kepalanya dibalut
perban. Seketika aku meneteskan air mata. Ya Allah, sedemikian berat
cobaan yang Engkau berikan kepada hamba-Mu yang lemah ini.<br /><br />Kepada
tim dokter yang menangani Ita, aku meminta agar sesegera mungkin
setelah kondisinya memungkinkan untuk memindahkan Ita ke rumah sakit di
Surabaya. Perawatan dan penyembuhan Ita akan memakan waktu lama. Tidak
mungkin aku meninggalkan anak bungsuku terlalu lama di Kediri. Sedangkan
meminta bantuan Andri juga tidak mungkin karena posisi kerjanya di
Papua. Yang membuat aku sedikit bernafas lega, seluruh biaya pengobatan
selama di Bali ditanggung keluarga teman pria Ita. Satu hikmah luar
biasa yang aku dapatkan dari peristiwa ini adalah berakhirnya hubungan
Ita dengan teman prianya itu. Ya Allah, berulang kali aku menangis di
hadapan-Mu pada malam-malam sunyi, memohon untuk diberi jalan yang
terbaik untuk Ita, rupanya Kau beri hikmah terbaik melalui jalan ini. <br /><br />Akhirnya,
Ita bisa dipindahkan ke salah satu rumah sakit di Surabaya. Masih dalam
kondisi koma. Hari demi hari kulalui dengan penuh kesabaran menunggu
putriku kembali sadar. Keadaan Ita terus membaik hingga pada suatu hari
terjadi perkembangan yang menggembirakan. Ita menunjukkan tanda-tanda
sadar! Kesadaran Ita pun aku tunggu dengan harap-harap cemas. Banyak
pertanyaan dan bayangan buruk berlintasan dalam pikiranku mengingat
beratnya gegar otak yang dialaminya. Akankah Ita masih mengingat aku,
ibunya? Seberapa banyak sisa memorinya yang tertinggal? Akankah Ita
seperti orang bengong yang kehilangan akal? Ya Allah, aku pasrah
kepada-Mu. Aku yakin Engkau akan memberikan yang terbaik bagi Ita dan
aku.<br /><br />Begitu Ita sadar penuh dan mulai bisa bicara, syukur yang
pertama dan kedua aku panjatkan kepada Allah. Syukur yang pertama adalah
karena Ita masih bisa berbicara, tidak kehilangan kemampuan bicaranya.
Syukur yang kedua adalah karena Ita tidak kehilangan kemampuan berbahasa
Inggrisnya. Ya, begitu bisa berbicara, yang keluar dari mulutnya adalah
percakapan dalam bahasa Inggris. Ita malah lupa bahasa Indonesia.
Subhanallah walhamdulillah! Syukur yang ketiga dan ke empat kembali aku
panjatkan kepada Allah saat aku ajukan dua pertanyaan kepada Ita, "Nduk,
siapa namamu? Aku siapa?" dan Ita menggelengkan kepala. Subhanallah
walhamdulillah! Ita lupa siapa namanya dan tidak mampu mengingat bahwa
aku ibunya.<br /><br />Hari-hari berikutnya adalah hari-hari penuh haru
biru, kadang juga lucu. Aku mengajarkan segala sesuatu kepada Ita
sebagaimana mengajarkan hal-hal baru kepada anak kecil. Mulai dari
mengenalkan bahwa aku ibunya, mengajarkan nama-nama benda dan kata-kata
kerja, tata cara makan, minum, mandi, gosok gigi, buang air besar, buang
air kecil dan lain sebagainya. Sewaktu mengajari Ita cara menyuapkan
nasi ke dalam mulut, sendok yang sudah dipegang di depan mulut pun bisa
meleset ke arah pipi. Rupanya syaraf motoriknya belum berfungsi secara
sempurna.<br /><br />Makin hari kondisi Ita makin membaik. Ingatannya pun
berangsur-angsur pulih. Masalah lain yang muncul berikutnya adalah biaya
perawatan Ita. Tentunya bisa dibayangkan berapa besarnya biaya
perawatan selama berminggu-minggu di rumah sakit, sedangkan pekerjaanku
sebagai penjahit berhenti total untuk mendampingi pemulihan kondisi Ita.
Satu-satunya jalan yang bisa aku tempuh adalah meminjam uang dari
saudara-saudaraku. Alhamdulillah, mereka sangat prihatin dengan kondisi
Ita dan bersedia mengulurkan tangan. Segala puji hanya untuk-Mu, Allah,
yang telah membukakan pintu hati mereka untuk membantu kami walaupun
mereka tahu aku tidak mungkin mampu mengembalikan bantuan mereka.<br /><br />Sekarang
saatnya bagiku untuk membalas jasa mereka dengan tenagaku.<br /><br />(Kisah
akan berlanjut ke A True Life Story Of A Single Mom (Part 3))</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-30659725822228972252011-12-12T18:24:00.000-08:002011-12-12T18:24:40.348-08:00A True Life Story Of A Single Mom (Part 1)<div style="font-family: inherit;">
Kisah berikut ini dituturkan kepadaku oleh ibu salah seorang temanku,
Andri, beberapa tahun lalu di rumahnya yang asri di kawasan Pesantren,
Kota Kediri. Kisah perjuangan seorang single mother dalam membesarkan 3
anak perempuannya beserta seluruh ujian yang menyertainya. Mungkin
banyak ibu lain yang mengalami hal serupa. Tapi, dalam pandanganku, yang
dialami ibu ini SANGAT LUAR BIASA.<br /><br />____________________________________________________________________________<br /><br />Sudah
lebih dari 15 tahun Bapak pergi meninggalkan kami. Aku ingat waktu itu Andri sedang mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi. Suatu kepergian
yang sangat menyakitkan hati sekaligus membuatku bingung karena Bapak
tidak meninggalkan apa-apa buat kami. Bapak pergi begitu saja,
meninggalkan seluruh tanggung jawabnya terhadap anak-anak kepadaku.<br /><br />Tidak
ada waktu untuk bersedih merenungi kepergian Bapak ataupun berpangku
tangan menanti uluran tangan. Aku harus berpikir dan bertindak cepat
bagaimana caranya mengatasi kondisi ini. Kondisi yang cukup berat bagiku
mengingat aku hanya ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki
ketrampilan apa pun. Yang aku pikirkan waktu itu hanyalah bagaimana agar
anak-anak bisa terus bersekolah, jangan sampai sekolahnya terputus.
Andri menjelang masuk perguruan tinggi, adiknya Ita kelas 2 SMP, sedang
si bungsu masih kelas 3 SD. Akhirnya, aku mencoba mencari nafkah dengan
membuka usaha jahitan. Jangan membayangkan usaha jahitan dengan puluhan
pekerja. Usaha ini hanya usaha rumahan yang aku kerjakan sendiri.
Pesanan pun hanya terbatas dari kalangan keluarga dan tetangga.
Alhamdulillah, usaha ini berkah dan berjalan lancar.<br /><br />Di samping
harus memikirkan bagaimana mencukupi kebutuhan anak-anak, masalah lain
yang muncul adalah dampak psikologis yang dialami anak-anak akibat
kepergian bapak mereka. Dampak terbesar timbul pada Ita, anak keduaku.
Andri sudah beranjak dewasa sehingga bisa menerima keadaan dengan
pikiran yang lebih matang, sedang si bungsu masih kecil dan tidak
memiliki banyak kenangan bahagia dengan bapaknya. Tapi, Ita tampaknya
terpukul cukup berat atas kepergian bapaknya. Dalam beberapa hal,
terutama kecantikan fisik dan keberanian bertindak, Ita memang memiliki
kelebihan dibandingkan kakak dan adiknya. Ita tumbuh menjadi gadis
remaja yang bengal. Alhamdulillah, prestasinya di sekolah tidak menurun.
Bahkan, ia sering dikirim sekolahnya untuk mengikuti berbagai kejuaraan
bahasa Inggris, bidang pelajaran yang sangat disenanginya.<br /><br />Saat
beban hidup memuncak, sering aku menangis dan mengadu kepada Allah di
malam-malam sunyi. Tapi satu prinsip yang kupegang: aku tidak akan
pernah menangis di depan anak-anakku. Biarlah berat beban ini aku pikul
sendiri. Aku harus tampak tegar di hadapan anak-anakku. Aku harus bisa
memberikan teladan yang utama kepada mereka dan aku tidak mau beban ini
menjadi beban mereka. Biarlah mereka berkonsentrasi menghadapi masa
depannya yang masih panjang dan berliku.<br /><br />3 tahun berlalu sejak
kepergian Bapak. Alhamdulillah, Andri berhasil lulus kuliah sebagai ahli
gizi dan mendapatkan pekerjaan di Papua. Tak lama berselang, Andri
mendapat jodoh di Papua dan segera melangsungkan pernikahan. Satu beban
berkurang. Sedangkan Ita, setelah lulus SMA meneruskan studi dengan
mengambil kursus bahasa Inggris selama 1 tahun. Selepas dari kursus, Ita
meminta ijin padaku untuk diperbolehkan bekerja di Bali. Alasan yang
dikemukakan Ita, di Bali banyak pekerjaan yang sesuai dengan keahlian
bahasa Inggris yang dimilikinya. Tak kuasa aku membendung keinginannya.
Bagiku, Bali adalah tempat yang penuh dengan godaan duniawi. Sanggupkah
Ita bertahan hidup di sana? Meskipun dengan hati yang berat, akhirnya
aku lepas kepergian Ita ke Bali.<br /><br />Tak lama berselang, terdengar
kabar bahwa Ita berpacaran dengan seorang pria Bali yang notabene
beragama non muslim. Bahkan akhirnya Ita sendiri yang memberitahukan
kedekatannya dengan pria itu kepadaku. Tak mampu aku melarangnya. Aku
hanyalah seorang wanita yang membesarkan anak-anakku. Setelah mereka
dewasa dan mampu hidup mandiri secara finansial, maka aku tak berhak
lagi atas mereka dan segala keputusan ada di tangan mereka sendiri. Aku
hanya meminta Ita untuk memikirkan kembali pilihannya, terutama dari
segi agama. Tapi rupanya Ita bergeming. Hubungannya dengan pria itu
tetap berlanjut.<br /><br />Sampai akhirnya terjadilah kecelakaan itu.<br /><br />(Kisah
akan berlanjut ke A True Life Story Of A Single Mom (Part 2))</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-73006753882974444612011-12-11T15:14:00.001-08:002011-12-12T18:29:50.139-08:00Ma.. Aku Pengen Ke Surga..<div style="font-family: inherit;">
Seorang teman istriku menceritakan kisah berikut kepada kami:</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Keputusanku
untuk berpisah dengan Mas tiga tahun yang lalu sama cepatnya dengan
keputusanku untuk menikah dengannya sebelas tahun yang lalu. Aku memang
terbiasa dengan kondisi di mana aku harus menentukan langkah dengan
cepat. Tanpa pernah berpikir panjang akibat di belakang. Profesi sebagai
atlit nasional yang sudah aku tekuni sejak usia 13 tahun hingga kini
sebagai pelatih nasional dan kehidupan yang keras di pusat pelatihan di
mana selama ini aku tinggal sangat mempengaruhi gaya hidup dan cara
pandangku terhadap suatu masalah. Aku terbiasa di posisi sebagai
pemenang dan selalu dipacu untuk menang. Kuakui, ini merupakan salah
satu hal yang mengakibatkan runtuhnya pondasi rumah tanggaku. Egoku
sangat kuat dan dominan.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Selama mengarungi bahtera rumah tangga
dengan Mas, alhamdulillah kami dikaruniai 2 buah hati yang saat ini
berusia 10 tahun dan 8 tahun. Setelah kami berpisah, anak-anak tinggal
bersama kakek dan neneknya dari pihak Mas, sedangkan aku kembali menetap
di pusat pelatihan. Pertimbangan mereka, tentunya tidak mungkin
mengajak anak-anak tinggal di pusat pelatihan yang kondisinya kurang
kondusif untuk perkembangan anak-anak. Lagipula, bapak dan ibu mertua
tetap mempersilakan aku untuk menengok anak-anak kapanpun aku mau.
Alhasil, setiap pagi aku menjemput anak-anak di rumah kakek neneknya dan
kemudian mengantar mereka ke sekolah. Siang harinya, aku kembali
menjemput anak-anak di sekolah dan mengantar mereka ke rumah kakek
neneknya. Sore harinya aku bisa konsentrasi melatih karena anak-anak
terlindungi dengan aman. Malam hari atau akhir pekan sering aku mengajak
anak-anak untuk sekedar berjalan-jalan dan jajan. Mas sendiri bekerja
di luar kota dan hanya menjenguk anak-anak dua kali dalam seminggu.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Semua
berjalan dengan baik selama tiga tahun ini. Setidaknya begitu dalam
pengamatanku. Hubunganku dengan anak-anak berjalan seperti normalnya
orang tua yang lain, meskipun kami harus berpisah tempat tinggal.
Prestasi Chacha, putri sulungku, di sekolah juga menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Alhamdulillah dia selalu mendapatkan
peringkat pertama di kelasnya. Rafli, jagoanku, juga menunjukkan
prestasi yang tak kalah menggembirakan. Aku sangat bangga pada mereka.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Suatu
hari, seorang teman memperkenalkanku kepada seorang duda yang
diharapkan bisa menjadi pengganti kedudukan Mas sebagai suamiku.
Teman-temanku memang mengharapkan aku untuk segera menikah lagi
mengingat usiaku masih cukup muda, 31 tahun. Apalagi belakangan, aku
sering mendengar lewat pengajian-pengajian bahwa pernikahan yang
diniatkan untuk ibadah insya Allah akan lebih membawa barokah. Aku
meniatkan pernikahanku yang kedua ini semata-mata untuk beribadah kepada
Allah. Bukan berdasarkan nafsu duniawi yang tanpa pertimbangan
sebagaimana pernikahan pertamaku yang berakhir dengan kehancuran.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Menghadapi
hal ini, aku merasa perlu mengajak bicara Chacha. Tak adil menurutku
bila anak-anak ditinggalkan begitu saja tanpa dimintai pendapat,
meskipun mungkin pendapatnya hanya berdampak kecil terhadap keputusanku.
Apalagi Chacha sudah bisa dibilang beranjak dewasa, 10 tahun. Untuk
itu, suatu sore kuajak Chacha untuk keluar jajan berdua saja. Aku
menginginkan suasana yang benar-benar santai untuk mengobrol dengan
Chacha. Kami memilih untuk menikmati makanan di salah satu <i>food court</i>
di pusat perbelanjaan di Kediri.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Mbak, Mama punya rencana mau
menikah lagi. Gimana pendapat Mbak?", tanyaku membuka pembicaraan.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Chacha
terdiam. Tak disangka, kedua sudut mata Chacha mulai mengalirkan air
mata. Aku kaget setengah mati.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Lho, ada apa, Sayang?", aku
kebingungan.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Ma, Chacha sudah minta ijin ke Yangkung supaya
Mama diperbolehkan tidur bersama kami di rumah Yangkung. Dan Yangkung
mengijinkan. Mama boleh kok tidur bersama kami di rumah Yangkung"</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Jawaban
Chacha seakan tidak menjawab pertanyaanku, tapi sangat tampak bahwa ia
takut kehilangan kasih sayangku bila aku menikah lagi. Jawaban khas
anak-anak yang bermakna sangat dalam bagiku. Aku kebingungan
menjawabnya. Beberapa menit berikutnya kami larut dalam hening.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Ma,
aku pengen ke surga", celetuknya dengan mantap tiba-tiba.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Aku
tercekat. Sedemikian beratkah beban mental yang diderita anakku sehingga
ia ingin mati dan masuk surga? Ya Allah, ampunilah aku. Aku menenangkan
diri sebelum melanjutkan bertanya kepada Chacha.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Maksudnya
Chacha apa?"</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Ya, Ma. Chacha pengen ke surga dan ngomong sama
Allah supaya Mama dan Papa bisa bersatu lagi. Chacha pengen Mama, Papa,
Chacha dan Rafli bisa seneng-seneng seperti dulu lagi"</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Subhanallah.
Ya Allah, aku tak percaya kalimat itu keluar dari mulut putriku yang
selama ini aku anggap sebagai anak kecil yang tak perlu didengar
pendapatnya. Dan tak kusangka anakku yang kuanggap baik-baik saja
keadaannya, ternyata menyimpan beban yang cukup besar akibat perpisahan
orang tuanya. Ampuni aku, ya Allah.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Detik itu juga aku urungkan
keinginanku untuk menikah lagi demi kedua buah hatiku. Aku benar-benar
tak ingin kehilangan mereka. Dan, beribadah bukan hanya semata-mata bisa
dilakukan melalui pernikahan. Pernikahan hanyalah satu jalan untuk
beribadah, masih banyak jalan lain yang bisa dilakukan untuk mengabdikan
diri kepada Allah. Seandainya sedari dulu aku mendengarkan pengajian
dan tahu bahwa pernikahan itu merupakan satu jalan ibadah, niscaya akan
berusaha aku redam egoku demi menyelamatkan bahtera rumah tanggaku yang
pertama dulu, demi ridho Allah.</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-85038056176949323202008-11-28T15:55:00.000-08:002011-12-11T18:24:37.377-08:00Ungkapan Jujur Seorang Anak<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-style: italic;">Dikutip Dari Tulisan Abu Tamam Di Forum myquran.org (3 November 2008)<br /></span>Semoga bermanfaat, terutama bagi yg belum membacanya.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Untuk renungan para orangtua....</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<b>Ungkapan Jujur Seorang Anak</b></div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Tahun 2002 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Budi Mulia Bogor. Anak sulung kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah. Pasalnya menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, tempat penggemblengan anak-anak berprestasi itu, waktu itu justru tercatat sebagai anak yang bermasalah.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun. Prestasinya kian lama kian merosot. Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika:</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Apa yang kamu inginkan ?" Dika hanya menggeleng.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Kamu ingin ibu bersikap seperti apa ?" tanya saya.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Biasa-biasa saja" jawab Dika singkat.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kami pun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya. Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (Sangat Cerdas) dimana skor untuk aspek-aspek kemampuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 - 160. Namun ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas). Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali ke tempat itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa faktor penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku :...."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika pun menjawab : "membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja" Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjadwalkan kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di komputer dan sebagainya. Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dika perlu menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi ternyata permintaan Dika hanya sederhana : diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ..."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika pun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu"</div>
<div style="font-family: inherit;">
Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan oleh kebanyakan orang tua.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ..."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Maka Dika menjawab "Menganggapku seperti dirinya"</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Ketika Psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak : .."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika pun menjawab "Tidak menyalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa"</div>
<div style="font-family: inherit;">
Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya. Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Ketika Psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang ....."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika pun menjawab "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja".</div>
<div style="font-family: inherit;">
Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya. Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya. Dengan jawaban Dika yang polos dan jujur itu saya dingatkan bahwa kecerdasan tidak lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Atas pertanyaan "Aku ingin ayahku berbicara tentang ......",</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika pun menuliskan "Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku".</div>
<div style="font-family: inherit;">
Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar tetapi sebagai manusia, orang tua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tua kepadanya.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari ....."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar "Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku"</div>
<div style="font-family: inherit;">
Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi saya sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah. Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anak-anaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Secarik kertas yang berisi pertanyaan "Aku ingin ayahku setiap hari ...."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata "tersenyum"</div>
<div style="font-family: inherit;">
Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku. ..."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika pun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus"</div>
<div style="font-family: inherit;">
Saya tersentak sekali! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku .."</div>
<div style="font-family: inherit;">
Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli".</div>
<div style="font-family: inherit;">
Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling" kata suami saya. Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak. Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster bertuliskan "To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choice" sebuah seruan yang mengingatkan bahwa "Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan".</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya dengan panggilan yang tidak hormat dan bermartabat. Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak <span style="font-weight: bold;">Pesan Yang Tak Terucapkan</span>. Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para orang tua tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para orang tua harus mendidik anaknya di dalam lingkungan rumah.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Semoga bermanfaat, dan menghasil generasi anak2 yang lebih baik.</div>
<span style="font-style: italic;"><br style="font-family: inherit;" /></span>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-27091187977590584552008-11-25T17:30:00.000-08:002011-12-11T18:24:52.736-08:00Pemberian Hadiah Harus Ada Batasnya<div style="font-family: inherit;">
Pada topik sebelumnya telah dibahas bahwa pemberian hadiah hanyalah sebagai metoda perantara, tidak bisa menjadi metoda yang dipergunakan selamanya. Proses ini hanya difungsikan hingga tahap menumbuhkan kebiasaan saja. Setelah proses pembiasaan dirasa telah cukup, maka pemberian hadiah harus diakhiri.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Hal terpenting yang harus dilakukan adalah memberikan pengertian sedini mungkin kepada anak tentang batas waktu pemberian hadiah ini. Sampaikan dalam berbagai kesempatan bahwa tujuan pemberian hadiah hanyalah untuk menumbuhkan kebiasaan. Setelah pembiasaan tercapai, maka pemberian hadiah akan dihentikan. Hal ini untuk menghindari tumbuhnya harapan anak yang terlalu besar terhadap perolehan hadiah. Jangan sampai justru setelah pemberian hadiah dihentikan, timbul kekecewaan pada anak yang dapat menghilangkan kebiasaan baru yang telah terbentuk.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Bisa jadi anak akan memberikan reaksi atau protes ketika pemberian hadiah dihentikan. Atau, mereka akan mogok, berhenti melakukan perbuatan baik yang diharapkan. Namun di sinilah saatnya orang tua menunjukkan sikap tegas. Setelah orang tua berbaik hati memberi hadiah sekian lama, anak tentu memahami tujuan baik ayah ibunya. Meskipun pengertian tentang pembatasan telah diberikan, tetapi wajar jika anak mencoba menggoda orangtuanya agar mau terus memberikan hadiah.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Jika orang tua tidak kuat mendengar protes anak dan memberikan lagi hadiah, anak akan merasa berhasil mengendalikan orangtua. Di kesempatan lain, anak akan mengulangi cara yang sama untuk memperoleh perhatian orang tuanya. Sebaliknya, ketika orang tua bertahan pada komitmen untuk tidak memberikan hadiah yang sudah habis "masa berlaku"nya, anak pun akan bisa menerima, karena toh sudah sejak lama ia mengerti bahwa saat pemberhentian hadiah akhirnya akan datang juga.</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-32927957115594343852008-11-17T02:03:00.000-08:002011-12-11T18:25:10.492-08:00Ensiklopedi Bocah Muslim<a href="http://4.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSFCTGkY-8I/AAAAAAAAABk/ar-yqDUQmm4/s1600-h/660751_life3copy.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5269565934948383682" src="http://4.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSFCTGkY-8I/AAAAAAAAABk/ar-yqDUQmm4/s400/660751_life3copy.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 279px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSFCFItCWmI/AAAAAAAAABc/JeXbpAlDfFk/s1600-h/ebm.png"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5269565695003351650" src="http://2.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSFCFItCWmI/AAAAAAAAABc/JeXbpAlDfFk/s400/ebm.png" style="cursor: pointer; display: block; height: 150px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 276px;" /></a><br />
<div style="font-family: inherit;">
Ensiklopedi Bocah Muslim Merupakan Ensiklopedi Anak Muslim Indonesia yang pertama, Berisi pengetahuan dasar yang dibutuhkan anak, yang disajikan dalam bentuk yang menarik yang bertujuan untuk mengmbangkan 3 kecerdasan utama anak ( IQ,EQ dan SQ ) terdiri dari 15 jilid masing-masing jilid membahas tema tertentu :</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
1.Islam Agamaku</div>
<div style="font-family: inherit;">
2. Tubuhku</div>
<div style="font-family: inherit;">
3. Indonesiaku</div>
<div style="font-family: inherit;">
4. Masyarakat dan Bangsa</div>
<div style="font-family: inherit;">
5. Tokoh Idola</div>
<div style="font-family: inherit;">
6. Sejarah</div>
<div style="font-family: inherit;">
7. Seni</div>
<div style="font-family: inherit;">
8. Dunia Binatang & mamalia</div>
<div style="font-family: inherit;">
9. Burung dan serangga</div>
<div style="font-family: inherit;">
10. Ikan, Reftil & Amfibi</div>
<div style="font-family: inherit;">
11 Tumbuhan</div>
<div style="font-family: inherit;">
12.Bumi Kita</div>
<div style="font-family: inherit;">
13. Alam Semesta</div>
<div style="font-family: inherit;">
14. Sains</div>
<div style="font-family: inherit;">
15. Teknologi</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Harga: Rp.2.550.000 (Disc 10%, belum ongkos kirim)</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-9488956920736633812008-11-17T01:56:00.000-08:002011-12-11T18:25:26.724-08:00I Love My Al Qur'an<a href="http://3.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSFBVP0fZpI/AAAAAAAAABU/y7shPvrAbNU/s1600-h/ilma%2520_logo_%26_produk.png"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5269564872279942802" src="http://3.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSFBVP0fZpI/AAAAAAAAABU/y7shPvrAbNU/s400/ilma%2520_logo_%26_produk.png" style="cursor: pointer; display: block; height: 161px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSFBD6UPVgI/AAAAAAAAABM/SrPHFYbZ-JM/s1600-h/ilma.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5269564574449751554" src="http://2.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSFBD6UPVgI/AAAAAAAAABM/SrPHFYbZ-JM/s400/ilma.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 200px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 360px;" /></a><br />
<br />
<div style="font-family: inherit;">
I Love My Al Qur'an membantu anak dan keluarga muslim untuk mempelajari Al-Qur'an dengan cara yang menyenangkan, pembaca akan diperkenalkan kepada kandungan makna ayat al Qur'an, mengenal kosakata Al Qur'an dan aspek-aspek lain dari al Qur'an.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Terdiri dari :</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
1. Tafsir dan terjemah plus hikmah Ayat : 15 jilid @ 44 hlm, Jenis kertas Isi ; AP 180 gr, Hard Cover.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
2. Mushaf Al-Quran : 15 Jilid @ 44 hlm, Jenis Kertas Isi : AP 180 gr, Hard Cover</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
3. KAMUS : kata-kata unik AlQuran , 1 jilid, 88 hlm, jenis kertas isi :MP 150 gr, Hard Cover.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
4. CD audio :16 lagu terjemahan surat-surat pendek.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
5. Buku teks lagu berisi terjemahan surat-surat pendek : 1 jilid, 24 hlm, jenis kertas isi : MP 150 gr, soft cover.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
6. Papan Permainan: Ukuran : 55cm x 42 cm, jenis kertas : magnetic board</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Harga: Rp. 2.770.000 (Disc 10%, belum termasuk ongkos kirim)</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-77718827128580046142008-11-17T01:48:00.000-08:002011-12-11T18:25:45.605-08:00Nabiku Idolaku<a href="http://4.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSE_nfjr_MI/AAAAAAAAAA8/5_Om4hlf5Ic/s1600-h/661287_halo2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5269562986718821570" src="http://4.bp.blogspot.com/_j-JfWXgj29M/SSE_nfjr_MI/AAAAAAAAAA8/5_Om4hlf5Ic/s400/661287_halo2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 348px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<br />
<div style="font-family: inherit;">
Nabiku Idolaku Merupakan kisah 25 nabi yang disajikan dalam kisah yang menarik, gambar yang memukau, dan hadist yang terjamin kesahihannya, terdiri dari 12 buku, masing-masing buku berkisah 1-3 nabi.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
JUDUL BUKU :</div>
<div style="font-family: inherit;">
1.Nabi Adam & Idris</div>
<div style="font-family: inherit;">
2.Nabi Nuh & Hud</div>
<div style="font-family: inherit;">
3.Nabi Shaleh & Luth</div>
<div style="font-family: inherit;">
4.Nabi Ibrahim & Ismail</div>
<div style="font-family: inherit;">
5.Nabi Ishaq & Ayyub</div>
<div style="font-family: inherit;">
6.Nabi Yaqub & Yusuf</div>
<div style="font-family: inherit;">
7.Nabi Dzulkifli & Syu'aib</div>
<div style="font-family: inherit;">
8.Nabi Yunus, Musa & Harun</div>
<div style="font-family: inherit;">
9.Nabi Ilyas & Ilyasa</div>
<div style="font-family: inherit;">
10.Nabi Daud & Sulaiman</div>
<div style="font-family: inherit;">
11.Nabi Zakaria & Yahya</div>
<div style="font-family: inherit;">
12.Nabi Isa & Muhammad</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Harga: Rp. 1.980.000. Disc 10% ( belum termasuk ongkos kirim )</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Spesifikasi :</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
- Terdiri dari 12 jilid</div>
<div style="font-family: inherit;">
- 48 halaman per Jilid</div>
<div style="font-family: inherit;">
- Hard Cover</div>
<div style="font-family: inherit;">
- Isi Kertas MatPaper 120 gr</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-80716283554518520612008-10-29T23:25:00.000-07:002011-12-11T18:26:04.158-08:00Faktor Penentu Nilai Akhir<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:749623388; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:957621414 1669758654 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l0:level1 {mso-level-start-at:0; mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:8.65pt; mso-level-number-position:left; margin-left:8.65pt; text-indent:0cm; font-family:Symbol;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">Faktor Penentu Nilai Akhir. </span>Terkadang orang tua dan guru hanya melihat nilai akhir di raport sebagai standar penilaian terhadap keberhasilan belajar anak didik. Hal ini tentu tidak adil bagi anak, karena banyak faktor yang mempengaruhi perolehan nilai akhir tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah:</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 8.65pt; text-indent: 0cm;">
· <span dir="ltr">Lingkungan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
Apakah ayah dan ibu menyisihkan waktu untuk menemani anak belajar di rumah? Apakah tersedia jumlah guru yang mencukupi sehingga mampu memberikan perhatian kepada setiap murid? Apakah teman sebaya anak suka mengajak belajar bersama atau justru mengajak bermain hingga lupa waktu?</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 8.65pt; text-indent: 0cm;">
· <span dir="ltr">Kondisi Psikis</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
Apakah ketika tes pengambilan nilai berlangsung kondisi anak sedang dalam keadaan tenang atau sedang sakit, sedih, marah, lelah atau ketakutan sehingga tidak bisa mengerjakan soal dengan maksimal?</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 8.65pt; text-indent: 0cm;">
· <span dir="ltr">Fasilitas Pendukung</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
Apakah ada buku ensiklopedi dan alat peraga untuk praktek sehingga mempermudah anak memahami pelajaran? Atau anak hanya memiliki buku paket saja?</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 8.65pt; text-indent: 0cm;">
· <span dir="ltr">Perbedaan Cara Belajar</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
Banyak guru yang mengajar hanya dengan cara belajar auditorial yang mengandalkan pendengaran. Ini sangat menyulitkan anak yang belajar dengan cara visual (penglihatan) serta kinestetis (gerakan).</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 8.65pt; text-indent: 0cm;">
· <span dir="ltr">Perbedaan Jenis Kecerdasan Yang Dominan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 36pt;">
<st1:city><st1:place>Ada</st1:place></st1:city> 8 jenis kecerdasan otak, yang umumnya tiap anak memiliki beberapa jenis yang lebih dominan, dan ini akan tercermin dalam cara belajarnya. Jika guru tak mampu mengakomodir semua jenis kecerdasan yang ada, anak menjadi sulit menerima materi pembelajaran.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Jadi, mulai sekarang, marilah kita belajar untuk menghargai hasil belajar anak apa adanya dengan memperhatikan kemampuan dan keunikan masing-masing anak.</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-89347978718084998492008-10-21T17:12:00.000-07:002011-12-11T18:26:25.303-08:00Salahnya Si Kodok<div style="font-family: inherit;">
Anda atau pengasuh anak Anda pernah mengalami kejadian seperti ini.....??</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
1. Anak Anda tersandung sesuatu, nangis, lalu Anda atau pengasuh anak Anda menenangkan anak sambil mengucapkan: "Udah..., cep, cep, cep,....diam...!! Tuh, kodoknya udah lari...!"</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
2. Anak Anda jatuh, nangis, lalu Anda atau pengasuh anak Anda memukul-mukul lantai sambil mengucapkan: "Nakal...., nakal....., nakal....!!! Huh, nakal ya Dik, lantainya, sampai bikin Adik jatuh...!!!"</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Kalo Anda masih melakukan hal seperti itu, berusahalah keras untuk menghilangkannya. Kalo pengasuh anak Anda berperilaku "tradisional" seperti itu untuk meredakan tangisan anak Anda, segera ingatkan untuk tidak mengulanginya lagi.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
"Perilaku tradisional" seperti contoh di atas akan sangat berbahaya kalo sampai terekam kuat dalam ingatannya anak kita. Saat dewasa kelak, anak kita akan tumbuh menjadi orang yang tidak mampu bertanggung jawab dan selalu menimpakan kesalahan pada orang lain. Seperti kesalahan yang ditimpakan pada kodok atau lantai.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
Lebih baik kita jelaskan pada anak untuk melangkah dan bertindak lebih hati-hati. Setiap langkah dan tindakan mengandung resiko yang harus dipertanggungjawabkan, termasuk jatuh yang mengandung resiko sakit atau luka.</div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-3033561557590892632008-10-16T20:59:00.000-07:002011-12-11T18:26:42.075-08:00Hadiah Sesuai Ranking Yang Menyesatkan<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Hadiah Sesuai Ranking Yang Menyesatkan</b>. Sebuah kebiasaan yang kerap dilakukan banyak orang tua adalah memberikan hadiah kepada anak atas hasil nilai rapor yang mereka dapatkan. Semakin tinggi ranking yang diperoleh, semakin besar pula hadiahnya. Kebiasaan seperti ini menstandarkan pemberian hadiah kepada <b>hasil belajar</b>, bukan pada<b> proses belajarnya</b>.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Mari kita pahami kondisi ini. Satu anggapan salah yang sering digunakan adalah bahwa orang tua menganggap anak akan termotivasi untuk belajar dengan baik jika ada iming-iming hadiah untuk nilai akhirnya. Untuk tahap awal, cara memotivasi ini bisa jadi bermanfaat karena membuat anak belajar giat. Akan tetapi ketika hasil yang diperoleh ternyata tidak sesuai harapan, lebih rendah dari target, sehingga hadiah yang dijanjikan tidak diperoleh, maka anak akan menjadi kecewa. Ini karena anak terlanjur memendam harapan terhadap perolehan hadiah tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Perlu dipahami juga bahwa resiko anak untuk gagal memperoleh prestasi terbaik pun ternyata tidak kecil. Diperlukan perjuangan yang cukup berat bagi anak untuk memperoleh peringkat 5 besar. Saingan yang begitu banyak hingga bisa mencapai 40 anak untuk sekolah yang menerapkan kelas besar.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Bagi mereka yang tidak berhasil meraih ranking ini, selain harus menelan kesedihan karena tidak berhasil memperoleh hadiah, mereka masih harus menerima pengertian baru bahwa mereka termasuk anak yang tidak diharapkan oleh lingkungan karena tidak mampu memenuhi harapan orang-orang di sekitarnya. Ini mengancam kehancuran harga diri mereka.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Lantas, apakah salah jika orang tua dan guru memotivasi anak untuk berkompetisi menjadi yang terunggul di kelas dengan cara pemberian hadiah berdasar ranking ini? Jawabnya, memang <b>salah</b>. <st1:city><st1:place>Ada</st1:place></st1:city> beberapa alasan yang bisa menjelaskan dan akan dibahas pada tulisan berikutnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-family: inherit;">Jadi, mulai sekarang, marilah kita hentikan pemberian hadiah berdasar ranking ini! </span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-79700104843424531672008-09-26T20:31:00.000-07:002011-12-11T18:26:59.560-08:00Agar Anak Menerima AdiknyaApa yang dialami anak ketika adiknya lahir? Perhatian yang tiba-tiba hilang, kebersamaan yang tiba-tiba lenyap dan kasih sayang yang tiba-tiba terenggut darinya.<br />
<br />
<div style="font-family: inherit;">
Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar lahirnya adik menjadi kabar gembira bagi semua, terutama buat kakaknya. Beberapa catatan berikut insya Allah dapat kita pertimbangkan.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">SEBELUM ADIK LAHIR</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">1. Kondisikan</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
Sejak ibu positif hamil, komunikasi sudah harus dimulai. Kabarkan kepada anak bahwa kelak, insya Allah ia akan punya adik. Saat ini juga, kondisikan anak untuk mulai menerima kehadiran anggota keluarga yang baru. Perlahan-lahan siapkan anak untuk lebih mandiri, sekaligus beri pujian bahwa ia sudah besar.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">2. Asyiknya Punya Adik</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
Saat bayi dalam kandungan sudah bisa menendang-nendang perut ibu, pegangkan tangan anak ke perut ibu. Tunjukkan "yang lucu" padanya. katakan bahwa adiknya ingin mengajak kakaknya bermain-main bersama. Dari sini, sampaikan betapa asyiknya nanti kalau sudah punya adik, bisa bermain-main bersama. Dengan demikian, anak sudah mulai menunggu kelahiran adik. Anak mulai tumbuh rasa sayangnya sebelum adiknya lahir</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">3. Tumbuhkan Tanggungjawab Dan Kepercayaan</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
Usahakan untuk memiliki saat-saat berdua yang akrab dengan anak. Ajaklah berbicara dari hati ke hati. Besarkan hatinya dan tunjukkan bahwa ia sudah besar. Tumbuhkan pula kepercayaan pada anak. Sampaikan bahwa anak bisa menunggui adiknya, bisa membantu mengambilkan popok, dan seterusnya. Sampaikan apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai bentuk kepercayaan kita kepadanya. Bukan sebagai tuntutan yang membebani.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">MENJELANG ADIK LAHIR</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">1. Beri Gambaran Sebelumnya</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
Sampaikan kepada anak beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir tentang akan lahirnya adik. Beri gambaran kepadanya bahwa ibu akan berada di rumah sakit untuk beberapa saat. Kalau sudah bersalin nanti, ibu ingin ia menengok dan menemani ibu beserta adik agar adiknya bisa segera bertemu kakaknya. beri gambaran tentang situasi yang dihadapi di awal waktu.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">2. Dekatkan Hatinya</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
Semakin mendekati kelahiran, Anda semakin perlu menunjukkan betapa asyiknya punya adik dan betapa adik sayang padanya. Tunjukkan bahwa adik nanti ingin bermain-main dengan kakaknya. Tetapi ceritakan juga bahwa di awal-awal lahir adiknya belum bisa melihat dan belum bisa bicara. Ini bahkan perlu kita sampaikan sedari awal.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">SETELAH ADIK LAHIR</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">1. Adik Sayang Padanya</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
Saat-saat awal lahir, yang sangat penting untuk Anda tunjukkan adalah bahwa yang baru lahir itu adalah adiknya. Tunjukkan wajah gembira Anda ketika ia pertama kali muncul. "Itu kakak. Ini adiknya sudah nunggu. Adik ingin ketemu." Sampaikan bahwa adik sayang sekali padanya. Bukan sebaliknya, menyuruh agar ia sayang pada adiknya. Boleh saja kita menyampaikan pesan seperti itu, tapi setelah menunjukkan bahwa adik sayang padanya.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-weight: bold;">2. Tunjukkan Perhatian Dan Kerinduan</span></div>
<div style="font-family: inherit;">
Setiap kali ada kesempatan yang leluasa, beri perhatian yang hangat kepada anak. Tunjukkan kerinduan Anda dan kerinduan adiknya kepadanya. Sehabis dimandikan, ketika bayi merasa tenang, Anda bisa panggil ia untuk berbaring di dekat bayi sehingga ia merasa dekat.</div>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div style="font-family: inherit;">
<span style="font-style: italic;">Sumber: Kolom Parenting, Majalah Suara Hidayatullah, Edisi 06/XXI/Oktober 2008</span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-63577605538857782022008-09-18T03:05:00.000-07:002011-12-11T18:27:20.742-08:00Sistem Pembelajaran Dominan Otak Kiri<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Sistem Pembelajaran Dominan Otak Kiri. </b>Kelemahan dari sistem pembelajaran yang ada saat ini adalah belum diaktifkannya belahan otak kanan. Penggunaan otak kiri masih sangat dominan. Suasana pembelajaran di SD, misalnya, karena sudah dianggap lebih dewasa dari usia TK, maka dianggap tidak memerlukan gambar dan warna. Suasana dinding kelas dibiarkan berwarna suram tanpa hiasan, buku-buku pelajaran pun tidak lagi berwarna dan bergambar. Guru mengajar dengan banyak bercerita dan mendikte, sementara siswa hanya mendengar dan mencatat.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Orang tua dan guru merasa risih jika anak belajar sambil menggoyang-goyangkan kaki, dengan mulut yang terus menggumamkan senandung lagu, serta tangan yang tak henti-hentinya mencoret-coret gambar di kertas. Semua itu dianggap gerakan yang mengada-ada dan dikhawatirkan mengganggu konsentrasi anak.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Persepsi bahwa cara belajar yang baik harus selalu teratur, di kelas yang selalu sama, dengan bangku yang berbaris rapi, suasana harus sepi, pandangan harus tertuju pada guru, adalah menggambarkan ciri-ciri kerja otak kiri saja. Dan inilah yang selama ini kita kenal sebagai cara pembelajaran yang lazim ditemui, baik di rumah maupun di sekolah.
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-family: inherit;">Dengan menciptakan </span><i style="font-family: inherit;">“fun learning”</i><span style="font-family: inherit;">, dominasi otak kiri ini akan kita dobrak. Ciri-ciri otak kanan harus mulai dimunculkan dan disinergikan dalam proses pembelajaran, sehingga mampu melejitkan kemampuan daya tangkap anak terhadap pelajaran yang diberikan. Maka, tak perlu ragu untuk menciptakan suasana belajar yang kreatif, penuh berbagai corak warna, dipadukan beragam permainan dan humor, berpindah-pindah tempat dan diiringi musik lembut mengalun.</span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-51286068513464970982008-09-16T21:17:00.001-07:002011-12-11T18:27:33.403-08:00Keseimbangan Otak Kanan Dan Otak Kiri<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Keseimbangan Otak Kiri Dan Otak Kanan. </b>Penciptaan <i>“fun learning”</i> baru bisa tercapai jika orang tua dan pendidik memperhatikan pengelolaan otak kiri dan otak kanan. Teori pendidikan terbaru mengatakan, otak akan bekerja optimal apabila kedua belahan otak ini dipergunakan secara bersama-sama. Otak kanan memiliki spesifikasi berpikir dan mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan musik. Sementara otak kiri berfungsi mengolah data seputar numerik, sains, bisnis dan pendidikan.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Penggunaan sisi belahan otak kiri merupakan spesifikasi cara berpikir yang logis, sekuensial, linear dan rasional. Hal ini sangat tepat untuk memikirkan keteraturan dalam berekspresi secara verbal, tulisan, membaca, asosiasi auditorial, penempatan detil dan fakta, fonetik serta simbolisme.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Sementara cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Ini mewakili cara berpikir non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Jika anak belajar dengan hanya menggunakan otak kiri, sementara otak kanannya tidak diaktifkan, maka akan mudah timbul perasaan jenuh, bosan dan mengantuk. Sebaliknya, mereka yang hanya memanfaatkan otak kanan tanpa diimbangi pemanfaatan otak kiri, bisa jadi ia akan lebih banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar dan hanya menyerap sedikit ilmu dan pelajaran yang diberikan.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-family: inherit;">Maka, menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan menjadi penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Caranya, dengan menyertakan paduan antara spesifikasi pekerjaan otak kiri dengan otak kanan. Mengerjakan PR dengan diiringi alunan musik, misalnya. Atau dengan menciptakan aneka gambar dan simbol yang memiliki arti khusus ketika menghafal pelajaran sejarah. </span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-36310524476467892622008-09-16T21:17:00.000-07:002011-12-11T18:27:48.021-08:00Keseimbangan Otak Kanan Dan Otak Kiri<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Keseimbangan Otak Kiri Dan Otak Kanan. </b>Penciptaan <i>“fun learning”</i> baru bisa tercapai jika orang tua dan pendidik memperhatikan pengelolaan otak kiri dan otak kanan. Teori pendidikan terbaru mengatakan, otak akan bekerja optimal apabila kedua belahan otak ini dipergunakan secara bersama-sama. Otak kanan memiliki spesifikasi berpikir dan mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan musik. Sementara otak kiri berfungsi mengolah data seputar numerik, sains, bisnis dan pendidikan.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Penggunaan sisi belahan otak kiri merupakan spesifikasi cara berpikir yang logis, sekuensial, linear dan rasional. Hal ini sangat tepat untuk memikirkan keteraturan dalam berekspresi secara verbal, tulisan, membaca, asosiasi auditorial, penempatan detil dan fakta, fonetik serta simbolisme.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Sementara cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Ini mewakili cara berpikir non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Jika anak belajar dengan hanya menggunakan otak kiri, sementara otak kanannya tidak diaktifkan, maka akan mudah timbul perasaan jenuh, bosan dan mengantuk. Sebaliknya, mereka yang hanya memanfaatkan otak kanan tanpa diimbangi pemanfaatan otak kiri, bisa jadi ia akan lebih banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar dan hanya menyerap sedikit ilmu dan pelajaran yang diberikan.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-family: inherit;">Maka, menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan menjadi penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Caranya, dengan menyertakan paduan antara spesifikasi pekerjaan otak kiri dengan otak kanan. Mengerjakan PR dengan diiringi alunan musik, misalnya. Atau dengan menciptakan aneka gambar dan simbol yang memiliki arti khusus ketika menghafal pelajaran sejarah. </span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-6238978015909828312008-09-16T05:05:00.000-07:002011-12-11T18:28:06.402-08:00Menciptakan "Fun Learning"<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Menciptakan Fun Learning. </b>Mendatangkan suasana <i>“fun”</i> saat belajar bisa menyebabkan otak terkondisi untuk menyerap informasi pelajaran dengan optimal. <st1:city><st1:place>Ada</st1:place></st1:city> banyak cara untuk menciptakan <i>“fun learning”</i> atau suasana belajar yang menyenangkan ini. Tetapi, secara umum, ada 2 hal yang harus diperhatikan.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Pertama,</b> kegiatan belajar itu harus sesuai dengan perkembangan anak pada usianya. Masing-masing anak memiliki fase perkembangan sesuai dengan perkembangan usianya. Anak usia enam tahun memiliki rentang konsentrasi yang lebih sempit dibanding anak yang berusia delapan tahun.
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Kedua,</b> <i>“fun learning”</i> hanya bisa diciptakan melalui beragam kreatifitas, baik dalam pemilihan waktu, tempat, penataan suasana hingga pemakaian metoda pembelajaran. Kreatifitas dapat menghilangkan kejenuhan dan menimbulkan gairah keingintahuan, tantangan serta semangat baru. Oleh sebab itu, semakin banyak suasana belajar bisa dirancang, semakin besar potensi otak untuk merekam informasi sebanyak-banyaknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Sesuatu yang kreatif berarti berbeda dengan biasanya, lain dari yang lain, istimewa dan tidak monoton. Berarti, semakin kreatif cara belajar yang digunakan, semakin optimal daya tangkap anak terhadap materi pembelajaran.</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-family: inherit;">Untuk bisa kreatif, diperlukan suatu keberanian untuk tampil beda. Jangan ragu untuk melakukan sesuatu yang baru, walaupun pada awalnya terasa janggal. Bebaskanlah otak kita untuk mengembara mencari ide-ide baru sebanyak mungkin. Ide yang awalnya tampak aneh sekalipun, bisa direalisasi setelah disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi.</span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-62931175301148477372008-09-12T05:18:00.000-07:002011-12-11T18:28:25.113-08:00Belajar: Beban Atau Kegembiraan?<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Belajar: Beban Atau Kegembiraan? </b>Apakah “belajar” dirasakan sebagai hak atau kewajiban bagi anak atau murid Anda? Bisa jadi jawabannya akan berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. <st1:city><st1:place>Ada</st1:place></st1:city> yang menganggap sebagai ‘hak’, karena dengan belajar itulah ia memperoleh kegembiraan dan keceriaan. Baginya, belajar sangat menyenangkan sehingga justru kehadirannya sangat ditunggu-tunggu dan kepergiannya membekaskan kesan yang indah dalam hati.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Sebaliknya, ada anak yang menganggap ‘belajar’ hanya sebagai ‘kewajiban’, yang justru ingin ia hindari karena ia tak ingin menghentikan permainan bersama teman-temannya. Bagi anak ini, belajar hadir sebagai beban yang harus ia kerjakan berdasarkan nilai kewajibannya. Ia tak memperoleh kepuasan ketika melaksanakannya, kecuali keinginan menyelesaikan tugas itu segera demi memperoleh hak bermain yang baru bisa ia peroleh setelah kewajiban belajar itu ia kerjakan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Kedua anak tersebut bisa jadi melakukan hal yang sama, yaitu belajar, tetapi yang mereka peroleh jauh berbeda. Anak yang pertama menjadi giat belajar tanpa menunggu diperintah, tidak menunda-nunda untuk memperoleh haknya, bahkan sekuat tenaga ia akan berusaha mempertahankan haknya jika ada yang hendak menghalangi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Lain halnya yang diperoleh anak yang kedua. Ia cenderung ingin menghindar dari belajar dan akan menunda sebisa mungkin. Jika proses belajar terhambat dan terhenti, itu akan menyenangkan bagi dirinya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Perbedaan pokok yang membuat kegiatan belajar bisa dirasakan sebagai ‘hak’ atau ’kewajiban’ oleh anak adalah terletak pada <b>perbedaan cara mengemasnya</b>. Jika proses belajar dikemas dengan ‘fun’, menyenangkan, kreatif dan rekreatif, maka anak akan menganggapnya sebagai ‘hak’, karena melalui proses belajar tersebut ia dapat memenuhi kebutuhan bermainnya. Sementara proses belajar justru akan hadir sebagai beban manakala tidak mampu menghadirkan suasana kegembiraan yang dibutuhkan oleh anak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-family: inherit;">Nah, tinggal kita para orang tua dan pendidik bertanya pada hati kecil kita, termasuk kelompok manakah anak dan murid kita?</span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-26468621367603055672008-09-10T01:44:00.000-07:002011-12-11T18:28:43.226-08:00Penerimaan Yang Membangkitkan Kehebatan<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Penerimaan Yang Membangkitkan Kehebatan. </b>Penerimaan dan kepercayaan yang tulus dari orang tua kepada anak dapat melahirkan rasa percaya diri yang sangat besar, semangat yang luar biasa dan penerimaan diri yang bagus. Dari penerimaan yang tulus akan berkembang harga diri yang baik sehingga anak memiliki citra diri yang baik serta kemampuan mengendalikan emosi yang mantap. Semua ini pada akhirnya memberi sumbangan pada tumbuhnya keyakinan yang kuat untuk terus maju dan memperbaiki kemampuan dirinya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Masalahnya, banyak orang tua yang merasa telah memberikan penerimaan dan kepercayaan yang tulus kepada anaknya, tetapi si anak selalu lari dari rumah dan prestasinya sangat rendah. Apa yang salah dengan semua ini?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Jawabannya adalah cara kita mengkomunikasikan penerimaan dan kepercayaan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Cara mengkomunikasikan masalah sangat berpengaruh terhadap efek yang ditimbulkan. Maksud baik tanpa disertai cara komunikasi yang baik dapat menyebabkan tujuan tidak tercapai, bahkan hancur berantakan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Lalu, bagaimana cara mengkomunikasikan penerimaan yang tulus?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Banyak peluang untuk menunjukkan penerimaan yang tulus kepada anak dan umumnya justru cara-cara yang menjadi kunci penerimaan itu sangat sederhana dan sepele. Misalnya, berikanlah senyuman pada anak saat ia meraih prestasi, sekecil apa pun prestasi itu. Jika anak berbicara, meskipun “tidak berisi”, dengarkanlah dengan penuh perhatian dan senyuman yang hangat. Jika orang tua mendengarkan anak secara aktif, memberi kehangatan, dan bila perlu belaian saat dia gagal memperoleh prestasi, orang tua sudah memberi penerimaan yang baik.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-family: inherit;">Kesimpulannya, jika kita ingin melahirkan kemandirian, keunggulan dan kedamaian dalam keluarga, salah satu kuncinya adalah penerimaan yang hangat dan tulus. Penerimaan itu tidaklah dirasa sebagai penerimaan yang tulus apabila cara kita mengkomunikasikan tidak tepat. Jadi, terimalah anak kita dan komunikasikan dengan sebaik-baiknya.</span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-56634160311851732822008-09-09T05:36:00.000-07:002011-12-11T18:28:57.241-08:00Kenali Bakat Anak Anda<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1131821614; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1501796344 1064229468 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} -->
</style><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CFIANDA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} @font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 135135232 16 0 262145 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:SimSun;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1131821614; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1501796344 1064229468 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} -->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Kenali Bakat Anak Anda. </b>Bakat adalah kecenderungan alamiah yang dimiliki seorang anak, suatu kemampuan yang <i>built in</i> sejak dia lahir, yang memungkinkan ia melakukan sesuatu dengan baik. Bakat biasanya tersembunyi, tidak mudah dikenali. Pemilik bakat sendiri kadang-kadang tidak mengetahui kalau dirinya mempunyai bakat tertentu. Itu sebabnya, orang tua perlu membantu anak menemukan bakatnya. Persoalannya, bagaimana cara mengenali bakat?</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
Secara ringkas, ada tiga ciri bakat yang perlu kita ketahui:</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<br /><o:p></o:p></div>
<ol start="1" style="font-family: inherit; margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal">Anak melakukan dengan perasaan senang. Ketika lain kali melakukan hal yang sama, rasa senang itu cenderung muncul lagi<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Cenderung dipahami oleh anak dengan relatif lebih cepat dan dilakukan lebih sering dari hal-hal yang lain, serta dilakukan lebih banyak atas inisiatif sendiri<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Apa yang dilakukan mengarah pada pencapaian prestasi, meskipun prestasi itu kadang oleh orang tua belum dianggap suatu prestasi. Sekedar keberanian membaca puisi di depan kelas sudah dapat diartikan prestasi bagi anak, walaupun bagi guru dan orang tua barangkali tidak ada artinya</li>
</ol>
<div style="font-family: inherit;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><span style="font-family: inherit;">Bila bakat sudah ditemukan, orang tua tinggal memikirkan pengembangannya. Orang tua bisa menangani sendiri bakat anak, atau bisa juga menyerahkan ke lembaga pengembangan bakat yang sesuai dengan bakat anak. </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-23912713224835842202008-09-02T22:51:00.000-07:002011-12-11T18:29:10.354-08:00Hadiah Dan Hukuman: Metoda Perantara<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Hadiah Dan Hukuman: Metode Perantara</b>. Metode pemberian hadiah dan hukuman boleh diterapkan untuk memotivasi anak agar mau berbuat baik. Namun yang penting dipahami bahwa metode ini bukan satu-satunya metode yang menjadi pilihan bagi orang tua. Bukan pula metode terbaik. Hal ini disebabkan karena metode ini masih memiliki ketergantungan pada faktor eksternal, yaitu pada hadiah dan hukuman itu sendiri. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p></o:p><st1:city><st1:place>Ada</st1:place></st1:city> metode lain yang lebih baik, yaitu ketika anak mau memperbaiki kepribadiannya atas dasar kesadaran diri dan motivasi yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Hal ini biasa disebut <b>motivasi intrinsik. </b>Metode ini jauh lebih baik karena tidak memiliki ketergantungan terhadap faktor eksternal, sehingga anak lebih mudah mengelola dirinya sendiri kapan saja dan di mana saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p></o:p>Sementara metode pemberian hadiah dan hukuman sebaiknya dijadikan metode perantara saja dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri anak. Ketika metode intrinsik sudah muncul pada diri anak, metode pemberian hadiah dan hukuman ini bisa diakhiri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p></o:p>Oleh sebab itu, pemberlakuan metode hadiah dan hukuman ini harus direncanakan target masa berakhirnya. Sementara orang tua dan pendidik mempelajari cara-cara menumbuhkan motivasi intrinsik ini, agar dapat menerapkannya sedikit demi sedikit bersamaan dengan metode hadiah dan hukuman ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><o:p style="font-family: inherit;"></o:p><span style="font-family: inherit;">Walaupun hanya sebagai metode perantara, metode hadiah dan hukuman ini banyak dimanfaatkan oleh orang tua karena relatif lebih mudah dilakukan dan lebih cepat menampakkan hasil dibandingkan metode penumbuhan motivasi intrinsik.</span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-43247617446111014932008-09-02T01:17:00.000-07:002011-12-11T18:29:25.712-08:00Sehari Bersama Ayah<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<b>Sehari Bersama Ayah. </b>Berapa kalikah dalam sebulan, para ayah meluangkan waktu barang sehari bersama anak-anaknya? Jawabannya pasti beragam. Lalu, seberapa besar frekuensi kebutuhan anak berinteraksi aktif dengan ayahnya? <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p></o:p>Secara ideal, interaksi ayah dengan anak memang tidak bisa didefinisikan secara kaku. Seorang ayah yang tinggal di rumah seharian bersama anaknya, tetapi tidak menjalin komunikasi efektif, bisa jadi kualitasnya sama dengan pertemuan yang hanya setengah jam di pembaringan sambil membacakan buku cerita pengantar tidur.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p></o:p>Efektivitas pertemuan ayah dan anak berpulang pada pribadi masing-masing sang ayah. <st1:city><st1:place>Ada</st1:place></st1:city> ayah yang memiliki tipe pasif alias kurang pandai berkomunikasi. Lebih banyak diam, hanya menjawab sekadarnya bila ditanya. Maka, solusi praktis untuk ayah semacam ini adalah memperpanjang waktu kebersamaan bersama anak. Pilih kegiatan yang cukup menarik walaupun tanpa memerlukan komunikasi terlalu banyak. Misalnya, memotong rumput di kebun, membuat kandang ayam, rekreasi ke taman ria atau silaturahim ke rumah famili.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p></o:p>Sebenarnya, apa yang dibutuhkan anak dari seorang ayah? Jawabannya adalah <b>figur ayah</b>. Konsep anak tentang sosok ayah tak jauh dari peran ayah dalam keluarga, interaksi sosialnya kepada ibu dan anak-anaknya. Sehingga anak mampu mencetaknya dalam memori sebagai figur ayah yang ia pahami selamanya. Terlebih bagi anak laki-laki. Ia harus memperoleh contoh terbaik dari figur ayah ini, karena kelak baik secara sadar maupun tidak, ia akan meneladani karakter ayah dalam menjalani kehidupan bersama istri dan anaknya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p></o:p>Akan lebih efektif jika seorang ayah mampu memberikan apa yang belum diberikan ibu kepada mereka. Melengkapi kekurangan ibu, maksudnya. Permainan fisik, jalan-jalan ke sawah, lomba lari, sepak bola, atau berkebun merupakan hal-hal yang tidak diperoleh dari ibu tapi bisa diperoleh dari ayah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;">
<o:p></o:p>Bekal yang wajib dibawa ayah saat mendampingi anak adalah <b>sabar</b>. Untuk yang satu ini, lebih baik menyediakan kesabaran yang tiada habisnya. Sebuah resep yang bagus untuk bisa bersabar adalah kemauan secara totalitas untuk masuk ke dunia anak. Tinggalkan semua beban pikiran dan pekerjaan. Niatkan untuk meluangkan waktu sepenuhnya untuk anak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial;"><o:p style="font-family: inherit;"></o:p><span style="font-family: inherit;">Sisihkan waktu 10-15 menit sehari untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak. Hal ini akan tetap bermanfaat dan membekas di hati anak hingga dewasa kelak.</span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3780670592261061881.post-65788712559422857072008-08-26T19:40:00.000-07:002011-12-11T18:30:04.166-08:00Merangsang Anak Gemar Membaca<a href="http://www.edaransalindah.com/buku/mari-membaca.JPG"><img alt="" border="0" src="http://www.edaransalindah.com/buku/mari-membaca.JPG" style="cursor: pointer; display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<div class="MsoTitle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;"><span style="font-weight: bold;">Merangsang Anak Gemar Membaca. </span>Kenyataan yang terjadi saat ini, kebiasaan membaca buku pada anak mengalami penurunan yang sangat drastis. Sangat sedikit ditemui anak yang gemar membaca. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Mulai dari orang tua yang sibuk dan kurang mengerti arti pentingnya membaca, mahalnya harga buku bermutu, hingga gencarnya serangan film-film kartun di televisi. Padahal, kebiasaan membaca sangat penting ditanamkan pada anak sebagai modal dasarnya untuk mencari ilmu di masa depan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoTitle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;">Membiasakan anak untuk membaca tidak bisa dicapai hanya dalam waktu beberapa hari. Anda harus ekstra sabar karena upaya ini bisa memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Lakukan pembiasaan membaca ini sedini mungkin mulai usia pra sekolah. Keterlambatan hanya akan mempersulit di kemudian hari.<o:p> </o:p></span><span style="font-size: 100%; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoTitle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%; line-height: 150%;"><span style="font-weight: bold;">Buku di mana-mana</span><o:p></o:p></span><span style="font-size: 100%;"><br /></span><span style="font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;">Kunci utama pengenalan buku kepada anak adalah besarnya frekuensi pertemuan yang menyenangkan dengan buku. Apalagi jika banyak buku menarik yang Anda sediakan khusus untuk anak. Biasakanlah di mana pun dan kapan pun, mereka melihat dan membaca buku. Membaca santai di ruang keluarga, di ruang tidur, di ruang makan; pagi, siang atau pun malam.</span><span style="font-size: 100%; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoTitle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;">Sebagai langkah awal, carikan buku yang paling menarik dan disukai anak. Bacaan jenis komik adalah jembatan menuju buku yang lebih berkualitas. Kelebihan komik terletak pada gambar yang kaya warna, kalimat pendek dan ringan sesuai dengan kemampuan anak yang belum terbiasa membaca kalimat padat dan lengkap.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoTitle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;">Jangan kecewa jika anak-anak Anda hanya membuka-buka buku yang telah Anda beli dengan harga tinggi. Mungkin hanya gambarnya saja yang mereka amati, atau bahkan kemudian dicoret-coret atau dirobek. Arahkan mereka untuk lebih mencintai buku dengan tidak mencoret dan merobek. Biarkan anak asyik dengan kegiatannya membolak-balik buku berulang-ulang. Ini adalah tanda awal keberhasilan tahap pengenalan yang harus segera direspon lebih lanjut oleh Anda, orang tua. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoTitle" style="font-family: inherit; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span><span style="font-size: 100%; line-height: 150%;"><span style="font-weight: bold;">Bangkitkan motivasinya</span><o:p></o:p></span><span style="font-size: 100%;"><br /></span><span style="font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;">Bangkitkan motivasi anak untuk membaca dengan cara membolehkan memilih sendiri buku yang akan ia baca. Anak akan bangkit motivasinya jika ia menemukan keasyikan dan kenikmatan dalam membaca. Tak ada gunanya memaksa anak untuk membaca buku-buku yang bagus menurut selera Anda. Yang lebih penting adalah menumbuhkan keasyikan terlebih dahulu. Sabarlah, karena kelak jika keasyikan telah tumbuh, akan lebih mudah untuk menyuruhnya memilih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoTitle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span><span style="font-family: Arial; font-size: 100%; line-height: 150%;"><span style="font-weight: bold;">Jadilah orang tua pembaca</span><o:p></o:p></span><span style="font-family: inherit; font-size: 100%;"><br /></span><span style="font-family: Arial; font-size: 100%; font-weight: normal; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Ketika melihat orang tuanya begitu antusias dan serius membaca buku, anak akan penasaran dan termotivasi untuk meniru. Jangan marah jika anak “mengganggu” waktu membaca Anda dengan melihat-lihat buku yang Anda baca. Berikan tanggapan yang positif atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Maka, jika Anda menginginkan anak yang gemar membaca, jadilah orang tua yang gemar membaca.</span><o:p></o:p></span></div>Fiandahttp://www.blogger.com/profile/12275920344274523019noreply@blogger.com0