Kamis, 16 Oktober 2008

Hadiah Sesuai Ranking Yang Menyesatkan


Hadiah Sesuai Ranking Yang Menyesatkan. Sebuah kebiasaan yang kerap dilakukan banyak orang tua adalah memberikan hadiah kepada anak atas hasil nilai rapor yang mereka dapatkan. Semakin tinggi ranking yang diperoleh, semakin besar pula hadiahnya. Kebiasaan seperti ini menstandarkan pemberian hadiah kepada hasil belajar, bukan pada proses belajarnya.

Mari kita pahami kondisi ini. Satu anggapan salah yang sering digunakan adalah bahwa orang tua menganggap anak akan termotivasi untuk belajar dengan baik jika ada iming-iming hadiah untuk nilai akhirnya. Untuk tahap awal, cara memotivasi ini bisa jadi bermanfaat karena membuat anak belajar giat. Akan tetapi ketika hasil yang diperoleh ternyata tidak sesuai harapan, lebih rendah dari target, sehingga hadiah yang dijanjikan tidak diperoleh, maka anak akan menjadi kecewa. Ini karena anak terlanjur memendam harapan terhadap perolehan hadiah tersebut.

Perlu dipahami juga bahwa resiko anak untuk gagal memperoleh prestasi terbaik pun ternyata tidak kecil. Diperlukan perjuangan yang cukup berat bagi anak untuk memperoleh peringkat 5 besar. Saingan yang begitu banyak hingga bisa mencapai 40 anak untuk sekolah yang menerapkan kelas besar.

Bagi mereka yang tidak berhasil meraih ranking ini, selain harus menelan kesedihan karena tidak berhasil memperoleh hadiah, mereka masih harus menerima pengertian baru bahwa mereka termasuk anak yang tidak diharapkan oleh lingkungan karena tidak mampu memenuhi harapan orang-orang di sekitarnya. Ini mengancam kehancuran harga diri mereka.

Lantas, apakah salah jika orang tua dan guru memotivasi anak untuk berkompetisi menjadi yang terunggul di kelas dengan cara pemberian hadiah berdasar ranking ini? Jawabnya, memang salah. Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan dan akan dibahas pada tulisan berikutnya.

Jadi, mulai sekarang, marilah kita hentikan pemberian hadiah berdasar ranking ini!

Tidak ada komentar: