Sabtu, 17 Desember 2011

A True Life Story Of A Single Mom (Part 3 - The End)

Segera setelah pulih dari gegar otak akibat kecelakaan di Bali, Ita meminta ijin kepadaku untuk diperbolehkan bekerja kembali. Kali ini, Jakarta menjadi tujuannya. Alasannya, ada keluarga yang sudah lama tinggal di sana dan bisa ikut mengawasi kesehariannya. Sangat berat aku melepasnya. Kadang dampak dari gegar otak yang dialaminya masih sering kambuh. Aku mengajukan alternatif untuk bekerja di Surabaya saja, tapi tekadnya sudah bulat untuk meringankan beban ibu dan kakaknya dalam membiayai sekolah adiknya yang bungsu.

Kepada kakaknya di Papua, aku meminta tolong agar Ita dicarikan jodoh dengan memberitahukan kondisi yang sebenarnya. Syarat utama dariku, calon suami Ita haruslah seorang muslim. Alhamdulillah, ada seseorang berhati mulia yang bersedia memperistri meskipun tahu kondisi Ita yang tak lagi sempurna. Perkenalan dan persiapan pernikahan pun dilakukan jarak jauh karena kondisi Ita di Jakarta sedangkan calon suaminya di Papua. Setelah semuanya siap, Ita dan calon suaminya langsung bertemu di Kediri untuk melangsungkan pernikahan. Setelah pernikahan usai, Ita diboyong suaminya ke Papua. Tak tega melihatku sendirian di rumah, Andri memboyong anak-anaknya ke Kediri untuk menemaniku, meskipun sebenarnya sudah aku cegah.

Saat ini yang aku lakukan adalah berusaha membalas budi baik orang-orang yang telah membantuku dalam meringankan beban biaya perawatan Ita. Aku tidak mampu mengembalikannya berupa uang sebagaimana mereka membantuku waktu itu karena memang aku tidak mampu melakukannya. Yang aku punya hanyalah tenagaku saja. Jadi, kapan pun dan di mana pun mereka membutuhkan bantuanku, aku siap melayani. Serepot apapun kondisi Andri di rumah dalam menangani 3 jagoannya, aku tidak akan mempedulikan. Aku pasti pergi. Aku hanya berpesan pada Andri untuk menangani masalahnya sendiri dengan baik.

Bagi orang di sekitarku, yang mereka lihat adalah bahwa hidupku sudah enak, anak-anak sudah mapan, aku tinggal jalan-jalan saja. Kadang ke Jakarta, sesekali ke Kalimantan, bahkan sempat hingga ke Malaysia. Kadang pergi hanya seminggu, pernah sempat hingga 2 bulan. Mereka tidak pernah tahu bahwa semua itu aku lakukan dalam rangka membalas budi baik orang-orang yang telah membantuku dan tak mungkin pernah terbayar lunas sampai aku mati. Budi baik mereka yang telah mengembalikan hidup Ita, putriku.

_______________________________________________________________________

Beberapa detil kisah ini mungkin tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dikarenakan keterbatasanku. Untuk itu, aku mohon maaf bila ada ketidaksesuaian. Tapi secara garis besar, insya Allah, sudah mencerminkan keadaan sesungguhnya.

Tidak ada komentar: